Sentuhan Canggih untuk Garam Peninggalan Ular Joko Linglung

Petani garam tradisional hingga kini masih mengandalkan cara manual untuk memproduksi garam.

oleh Felek Wahyu diperbarui 21 Mar 2017, 13:04 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 13:04 WIB
Beda Nasib Petani Garam Tradisional dan Pengusaha Garam di Jateng
Petani garam tradisional hingga kini masih mengandalkan cara manual untuk memproduksi garam. (Liputan6.com/Felek Wahyu)

Liputan6.com, Semarang - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana membangun lima pabrik garam tahun ini guna memenuhi kebutuhan garam nasional. Di tahap awal, direncanakan dua pabrik dulu yang masuk tahap uji kelayakan.

Pembangunan dua pabrik itu akan berlangsung di Pati dan Rembang. Masing-masing pabrik akan didirikan di lahan seluas 15 hektare.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkapkan, pilihan lokasi pabrik garam bermutu di Jawa Tengah berdasarkan masukan dari para pakar teknologi.

"Satu pabrik butuh dana Rp 10 miliar. Tujuannya, agar garam rakyat bisa tumbuh lebih baik," kata Ganjar, mengutip ucapannya di Radio Idola, beberapa waktu lalu.

Untuk petani garam tradisional, kata Ganjar, pemerintah berencana mengalihteknologikan mereka ke metode geomembran dan ulir filter. Dua istilah teknik yang terbilang canggih bagi petani garam cara manual.

Faktanya, rencana itu belum pernah diperkenalkan kepada petani, khususnya mereka yang berada di Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Mereka sekalipun belum pernah tersentuh program modernisasi industri.

Aset petani garam yang bisa diolah menjadi tempat wisata itu selama ini hanya mengandalkan keterampilan warisan turun temurun. Kasrul, salah satu petani garam daratan di Desa Jono, mengaku ratusan kilogram garam produksinya hanya dihasilkan dengan cara tradisional.

"Kami mengeringkan dengan klakah. Tidak ada perhatian dari pemerintah. Semua dikerjakan secara manual," ujar pria yang bekerja memanfaatkan air yang konon keluar dari lubang tempat keluarnya ular raksasa Joko Linglung.

Air hangat itu dikeringkan untuk membuat garam kristal pink oleh ratusan orang. "Di sini semua jalan sendiri. Ada yang akan bangun tempat permandian pun dibangun sendiri. Tapi di sini, sering ada tamu mahasiswa dari Yogyakarta yang belajar," kata Kasrul.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya