Banyak Warga Jadi Pengusaha Warteg, Angka Golput Pilkada di Tegal Tinggi

Meski angka golput di Tegal itu terbilang besar, tetapi pada faktanya angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.

diperbarui 30 Jun 2018, 21:01 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2018, 21:01 WIB
20170131-Sidang Ahok-Jakarta-Warteg
Penutupan jalan saat Sidang Ahok membuat pedagang warteg di Jalan RM Harsono kehilangan pelanggannya. (Liputan6.com/Muslim AR)

Tegal - Tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu kerap menjadi masalah. Sebab dari tahun ke tahun golput atau kelompok yang tidak menyalurkan angkanya masih tinggi. Hal itu terjadi pula di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018.

Ada yang unik untuk daerah Tegal. Informasi yang diperoleh JawaPos.com, angka golput di wilayah ini terbilang tinggi, yakni mendekati 30 persen. Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tegal, Agus Wijonarko mengatakan, dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 198.535 orang.

"Ada 198.535 DPT di 420 TPS. Tingkat partisipasi sebesar 71,5 persen dihitung cepat. Ada kenaikan dari Pilwakot lalu di 60 sekian persen. Golput berarti sekitar 29 persen," ujar Agus di Kantor KPUD Tegal, Jawa Tengah, Sabtu, 30 Juni 2018.

Meski angka golput itu terbilang besar, tetapi pada faktanya angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. Sebab di pilwakot lalu angka partisipasi hanya sekitar 60 persen dan golputnya hampir 40 persen.

Agus mengatakan penyebab tingginya angka golput karena banyak warganya yang telah kembali ke kota rantau, karena mayoritas warga terutama di wilayah Margadana berprofesi sebagai pengusaha rumah makan.

"Saya kira unsur (tingginya golput) banyak, mungkin karena mereka sudah berada di luar kota. Di 4 kecamatan ini, itu paling sedikit dari kecamatan Margadana karena di sana gudangnya (pengusaha) warteg jadi kebanyakan sudah pulang ke Jakarta, Bandung, sebagainya," terangnya.

Sementara itu, meningkatnya partisipasi pemilih di Tegal diduga terjadi karena sebagian masyarakatnya yang berprofesi sebagai nelayan belum melaut, sehingga dapat datang ke TPS saat hari pencoblosan.

Selain itu, banyaknya paslon yang bertarung di pilkada Tegal sebanyak 5 paslon juga memberikan dampak tersendiri. Sebab, mereka berlomba-lomba mengajak masyarakat untuk melakukan pencoblosan.

"Kita pantau kenapa meningkat karena masih banyak nelayan oleh majikannya tidak diperbolehkan melaut. Ini satu sisi positif makanya meningkat di Tegal Barat," imbuh Agus.

"Faktor lainnya karena mungkin calonnya 5 mereka saling mengajak pemilih, mudah-mudahan juga karena kesadaran pemilih datang ke TPS," dia menandaskan.

 

Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya