:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1373284/original/033504600_1476386186-tegal.jpg)
Tegal adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kota Tegal terbagi dua bagian, yaitu Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. Asal nama Tegal itu sendiri memiliki beberapa versi, yang pertama yaitu kata Tegal berasal dari Tegalan atau Tetegil, nama sebuah desa di kabupaten Pemalang. Lalu ada versi lain yang mengatakan nama Tegal berasal dari sebutan tanah subur yang menghasilkan tanaman untuk bertani, Tetegal. Selain itu, ada juga yang menganggap nama Tegal awalnya adalah Teteguall, nama yang diberikan oleh pedagang Portugis tahun 1500-an.
Masyarakat Tegal biasanya menggunakan dialek Tegal dengan bahasa Jawa Banyumasan. Namun, pada tahun 2006, pemerintah Kota Tegal mengadakan kongres bahasa Tegal dengan tujuan mengangkat status dialek menjadi bahasa Tegal.
10 Alasan Harus Traveling ke Tegal
Jika mendengar kata Tegal, kita tak bisa memungkiri bahwa hampir semua orang teringat dengan warung makannya yang begitu terkenal, yaitu warteg (warung Tegal). Selain itu, Tegal juga identik dengan bahasa yang sangat unik dan khas, atau yang lebih populer dengan istilah Ngapak.
Kota yang berbatasan langsung dengan Brebes di sebelah barat dan kabupaten Pemalang di sebelah timur ini secara administrasi dibagi dua bagian, yaitu kabupaten dan kota. Bagi kamu yang suka traveling lewat Jalur Pantura tentu sudah tak asing lagi dengan daerah ini.
Daratan di Pantai Hilang 50 Meter
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Muara Indah Kota Tegal yang mengelola objek wisata Pantai Muarareja mengajukan sabuk pantai dengan metode serupa ke kementerian. Ini merupakan langkah darurat, sebab wilayah objek wisata pantai setempat kerap dilanda banjir rob dan abrasi yang semakin parah.
"Kami akui jika daratan di pantai ini (Muarareja) sudah hilang sekitar 50 meter. Hal itu dikarenakan keberadaan pemecah gelombang dan sabuk pantai dari beton yang dianggap tidak begitu efektif," kata Purwadi kepada Liputan6.com, Selasa (20/9/2016).

Berita Terbaru
Harun Masiku Masih Jadi Target Buruan KPK
Rosella, Bunga Cantik yang Kaya Nutrisi Penting untuk Kesehatan
Panduan Transportasi dari Bandara Don Mueang ke Pratunam Bangkok
Mengenal Blue Lurker Bintang dengan Kecepatan Luar Biasa
UAH Bagikan Doa agar Selalu Sehat dan Kuat Selama Ramadhan, Amalkan di Akhir Sya’ban
Sertifikat Pagar Laut Bekasi Diduga Digadaikan ke Bank
Cara Membuat Air Chia Seed dan Cuka Apel untuk Mengenyahkan Lemak Perut
10 Kuliner Tradisional Ramadan Khas Indonesia
Habib Umar bin Hafidz Ijazahkan Dzikir Pendek Pelancar Rezeki, Amalkan Tiap Hari
Menyambut Ramadhan 2025, Ini 6 Hal yang Perlu Dipersiapkan
Band Sukatani Minta Maaf ke Polri, Mantan Kompolnas: Kebebasan Berekspresi Tidak untuk Dilarang
Inilah Jalur dan Terowongan Kereta Api Tertua di Pulau Jawa