3 Cara Aman Kemas Daging Kurban

Jangan sembarangan mengemas daging kurban. Cek cara berikut supaya daging kurban terlindungi dari bakteri.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Agu 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2018, 07:00 WIB
Waspada cacing hati pada daging hewan kurban. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Waspada cacing hati pada daging hewan kurban. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Yogyakarta - Sebagian besar orang menggunakan kantong plastik terbuka atau tas kresek untuk mengemas daging kurban. Padahal, kemasan itu rentan terkontaminasi bakteri.

Supaya kualitas daging tetap bagus dan lebih awet ada sejumlah alternatif pengemasan. Pertama, menggunakan plastik PA/PE berperekat (sealed plastic bag).

"Kantong plastik berperekat merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik," ujar Endy Triyannanto, pakar pengemasan makanan dari Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Selasa, 21 Agustus 2018.

Menurut Endy, perekat dapat membuat daging kurban terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu, dan risiko tumpah saat didistribusikan. Plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran.

Ia menuturkan kemasan daging akan lebih baik jika diberi label. Pada label dapat dicantumkan nama masjid penyalur daging kurban, jenis daging, berat daging, dan saran penyimpanan. Informasi ini akan sangat membantu masyarakat, meningkatkan fungsi kemasan, serta membantu memberikan informasi produk dalam kemasan.

Kedua, menggunakan kemasan vakum. Lewat metode ini, kadar oksigen dapat dikurangi sehingga otomatis proses oksidasi berkurang. Proses ini efektif untuk mengurangi ketengikan daging.

Ia berpendapat, kemasan vakum merupakan pilihan yang mudah dan terjangkau. Kantong plastik vakum berbahan baku PA/PE, 2 lapis dengan bahan polyamide/polyethylene. Selain itu, mesin vakum sekarang juga mudah didapatkan di pasaran dengan harga terjangkau.

Ketiga, melalui retort pouch atau pengemasan dengan proses sterilisasi menggunakan plastik multilayer.

Endy mengungkapkan proses sterilisasi mikrobakteri hingga 121 derajat Celsius mampu mengawetkan daging olahan selama lebih dari satu tahun pada suhu ruangan.

Meskipun demikian, ia tidak menampik pengemasan ini belum banyak berkembang di Indonesia. Namun, ia berpikir teknik pengemasan ini berprospek bagus di Indonesia yang rawan bencana alam.

"Teknik ini sangat sesuai digunakan untuk mengemas daging olahan yang akan disalurkan ke daerah bencana, mengingat transportasi bahan bernutrien tinggi sulit, sehingga retort pouch dapat menjadi solusi yang tepat," ucapnya.

Ia juga menekankan daging kurban jangan dikemas dalam plastik daur ulang. Sebab, kandungan berbahaya dalam plastik hasil daur ulang dapat berpindah ke dalam makanan yang terkena panas dengan lama waktu dan temperatur tertentu, terutama makanan yang mengandung lemak. Plastik daur ulang tidak selalu berwarna hitam, tergantung dari pewarna yang digunakan.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya