Liputan6.com, Probolinggo - Fandi Ahmad Habibi layak disebut sebagai pejuang pendidikan. Bagaimana tidak, polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka) itu sudah belasan tahun lamanya mengajar di daerah terpencil Suku Tengger, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Di sela tugasnya menjaga keamanan dan ketertiban, Bripka Fandi Ahmad Habibi juga harus meluangkan waktu untuk mengajar siswa-siswa dari Suku Tengger. Ia bahkan rela melalui jalan yang terjal dan berliku setiap harinya demi mencapai lokasi yang terpencil tersebut.
"Ya enggak apa-apa saya mengajar demi kemajuan anak-anak di daerah terpencil," kata Fandi, Kamis (2/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Polisi yang kini menjabat sebagai Kanit Binmas Polsek Sumber tersebut, mengatakan bahwa dirinya mulai mengajar di sana sejak tahun 2005 silam. Saat itu, ia baru saja lulus dari sekolah pendidikan kepolisian.
Pada awal karirnya sebagai polisi, ia ditempatkan di Samapta Polres Probolinggo. Setelah itu, Brigadir muda ini dipindahtugaskan ke Polsek Sumber dan menjadi Bhabinkamtibmas Desa Pandan Sari, Kecamatan Sumber. Saat itulah hatinya terketuk untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya dengan cara menjadi tenaga pengajar di sekolah dasar setempat.
"Minimal seminggu sekali saya ke sana, namun kadang tak tentu. Sebab, saya juga keliling ke desa lainnya, seperti di Desa Gemito hingga desa lain. Saya termotivasi untuk memajukan pendidikan di kawasan terpencil, di kawasan tersebut masih kekurangan guru. Selain membantu, ini saya lakukan karena ingin menyalurkan bakat," kata Fandi.
Penghargaan dari Atasan
Dalam hal mengajar, ia mengaku tak mengalami kesulitan. Sebagai polisi, materi utama yang diajarkannya adalah terkait hukum. Namun, penyuluhan itu diberikan kepada kelas tinggi (kelas IV, V dan VI SD, juga SMP). Sementara bagi kelas rendah, yakni kelas 1-3 SD dan TK, yang diberikan adalah pengenalan pada polisi sahabat anak dan polisi cilik.Â
"Juga materi pembelajaran di hari itu, yang di kelas tidak ada gurunya. Bisa matematika, ya sejarah dan lain-lain. Namun, yang paling disuka anak-anak adalah permainan. Materi-materi pembelajaran itu, saya pelajari dari buku-buku yang dimiliki istri yang kebetulan juga guru. Selain itu, juga didapat dari Perpustakaan Daerah yang kami ajak kerja sama," kata ayah dua anak itu.
Pria kelahiran Sidoarjo 36 tahun silam ini, menuturkan banyak mendapat pengalaman baru selama mengajar di pelosok. Salah satu yang paling berkesan adalah salah seorang siswa yang terkenal sangat nakal yang berubah menjadi baik karena takut melihat polisi.
"Selain nakal, kalau kata temannya juga jarang mandi ketika ke sekolah, mungkin ini pengalaman yang unik selama mengajar. Juga banyak yang ngajakin foto, bahkan ada juga yang meminta untuk gendong," ucapnya.
Kepala SDN Ledokombo 1, Suhariyanto, mengaku cukup terbantu dengan keberadaan Bripka Fandi. Sebab banyak anak didiknya yang termotivasi untuk bersekolah berkat bimbingan Fandi.
"Dengan kondisi alam yang sulit, anak didik saya sangat rajin untuk masuk sekolah. Apalagi kalau pas jadwal dia mengajar. Bapak Fandi sangat telaten menghadapi siswa-siswa, meski kami sendiri tidak pernah memberinya honor," ujarnya.
Atas perngorbanan Fandi selama 14 tahun menjadi pengajar sukarela di daerah pelosok itu, Polres Probolinggo pun memberi Fandi penghargaan sebagai Polisi Pengajar dan Pendidik di Daerah Terpencil. Penghargaan itu diberikan langsung oleh Kapolres Probolinggo, AKBP Eddwi Kurnianto pada awal tahun 2019 lalu.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Advertisement