Kisah Emma, Atlet SEA Games Peraih Emas Jualan Cilok Demi Bisa Ikut Kejuaraan

Emma Ramadinah tercatat sebagai salah satu atlet peraih emas di ajang SEA Games 2019. Simak kisah perjuangan Emma hingga dirinya bisa membawa harum nama bangsa.

oleh Abramena diperbarui 10 Des 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2019, 15:00 WIB
Emma Ramadinah
Emma Ramadinah, atlet cabang olahraga Sambo dari nomor mixed team peraih emas untuk kontingen Indonesia di ajang Sea Games 2019 Filipina. (Liputan6.com/ Abramena)

Liputan6.com, Karawang - Emma Ramadinah (21) adalah satu dari sekian banyak atlet SEA Games 2019 di Fhilipina yang menyumbangkan emas bagi Indonesia.

Emma merupakan atlet cabang olahraga Sambo dari nomor mixed team. Dirinya penyumbang medali emas ke-40 untuk Indonesia pada hari keenam dalam gelaran SEA Games 2019, bersama Desiana Syafitri, Erik Gustam, Rio Bahari, Senie Kristian.

Anak pasangan Ahmad Mustofa dan Nining Sari Ningsih, yang tinggal di Rawagabus, Kelurahan Adiarsa Timur, Kecamatan Karawang Timur, Karawang, awalnya merupakan atlet Judo yang telah ia tekuni sejak duduk di klas IV SD. Namun setelah duduk di klas XI SMAN 5 Karawang, ia beralih menggeluti cabang olahraga baru yang berkembang sejak 2016. Hingga akhirnya masuk Pelatnas dan terpilih menjadi kontingen Indonesia di SEA Games 2019 di Fhilipina

"Dulu di Padepokan Judo Taruna Karawang, sudah beberapa kali ikut kejuaraan baik tingkat Provinsi maupun Internasional," kata dara 21 tahun itu kepada Liputan6.com, Selasa (10/12/2019).

Dalam perjalanan kariernya di dunia olahraga, Emma mengaku kerap merogoh koceknya sendiri untuk keperluan ikut kejuaraan. Terkadang dibantu keluarga dan komunitas sasana tempat dirinya berlatih.

Bahkan sambil menunggu panggilan Pelatnas SEA Games, Emma mengaku sempat berjualan Cilok dan Rujak Bangkok. Uang hasil berjualan dipakai sebagai bekal selama latihan di sasana.

Usai mendapat medali emas, orangtua Emma, Ahmad Mustofa, hanya berharap anaknya mendapat perhatian lebih dari pemerintah atau lembaga yang menaungi olahraga di wilayah setempat.

Salah satu bentuk penghargaan semisal mereka diganjar status sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau diterima menjadi anggota TNI/ Polri atas torehan prestasi yang mengharumkan nama daerah di pentas internasional.

"Harapannya ada perhatian dari pemerintah," ungkap Mustofa.

"Kemarian aja pulang dari Filipina, ongkos sendiri bersama karang taruna setempat," katanya menambahkan. 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya