Menuangkan Kegelisahan Lewat Lagu ala Seniman Yogyakarta

Kolaborasi seniman audio dan visual di Yogyakarta, Paralakon, merilis single kelima berjudul Hidup Tapi Mati (HTM), Sabtu (13/5/2020).

oleh Switzy Sabandar diperbarui 18 Jun 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2020, 07:00 WIB
Paralakon
Paralakon, wadah kolaborasi seniman audio dan visual Yogyakarta

Liputan6.com, Yogyakarta - Kolaborasi seniman audio dan visual di Yogyakarta, Paralakon, merilis single kelima berjudul Hidup Tapi Mati (HTM), Sabtu (13/5/2020). Paralakon yang digawangi DP Getso (penulis lirik dan vokalis), Ardie Boy (arranger), Jati Biru (sound engineer, drummer), dan Inner Pixel (artisan audio visual) masih konsisten mengusung tema alam, manusia, dan budaya.

"Yang berbeda di HTM adalah lirik lagu yang bermakna kuat, dengan penggunaan frasa lirik yang akan memicu perenungan bagi siapa saja yang mendengarnya," ujar Getso.

HTM mengungkapkan kegelisahan tentang sampah. Keberadaan sampah menimbulkan polusi dan menjadi beban untuk lingkungan hidup.

Ia menilai semua orang tidak pernah sadar sampah-sampah itu mengancam kehidupan. Bahkan, para politikus, pejabat, dan siapa pun yang seharusnya punya peran jarang memedulikan ancaman sampah.

Karya kolaborasi seniman Yogyakarta ini digarap secara cepat. Mereka sangat terbantu dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini.

Jarak dan waktu sama sekali bukan halangan untuk menghasilkan karya melalui kolaborasi ini, diskusi melalui online chat, sharing progress file sampai video call.

"Teknologi telah membuka ruang bagi lebih banyak pelaku kreatif untuk menghasilkan karya," ucapnya.

Video dari para seniman Yogyakarta ini memakai konsep double exposure sehingga visualisasi bisa sejalan dengan pesan lagu dan relevan dengan kondisi sekarang. Beberapa frame juga menampilkan kondisi pandemi Corona Covid-19 yang digambarkan dengan tanaman disiram air sebagai simbol harapan semua bisa merawat kehidupan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya