Liputan6.com, Sikka - Perairan Teluk Maumere di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terkenal dengan wisata baharinya. Banyak wisatawan terpikat dengan keindahannya. Tak heran, sejumlah spot penyelaman di Teluk Maumere diincar oleh wisatawan.
Teluk Maumere kian mempesona dengan pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya. Teluk ini diapit beberapa pulau seperti, Pulau Besar, Pulau Koja, Pulau Pemana, Pulau Kambing (Pemana Kecil), Pulau Sukun, Pulau Parumaan, Pulau Dambila, Pulau Pangabatang, Pulau Babi, dan Pulau Kondo.
Advertisement
Baca Juga
Satu pulau yang kini punya daya tarik wisatanya adalah Pulau Koja Doi. Ukurannya mungil. Tapi di balik itu, Koja Doi menawarkan banyak keunikan dan memendar keindahan bagi wisata yang berkunjung.
"Salah satu sisi uniknya terletak pada bentuk pulau yang menyerupai janin bayi. Pemandangan ini dengan mudah dilihat dari beberapa titik pendakian di Pulau Besar, pulau yang berada di bagian utara Koja Doi," ungkap Yance Moa, pembina BUMDes Monianse Koja Doi, kepada media Liputan6.com, Jumat (17/7/2020).
Bila ingin menyaksikan pemandangan itu, pengunjung bisa mendaki ke lereng gunung di Pulau Besar. Jangan khawatir, beberapa anak siap untuk memandu. Mereka akan menuntun menuju ke beberapa titik pandang.
Dari ketinggian, tampak pemandangan pulau mirip janin bayi di bawah sana, dengan jembatan batu sepanjang 680 meter mirip tali pusarnya.
Dari atas Bukit Batu Purba, jembatan batu ini terlihat melengkung. Menariknya, saat air laut pasang, orang yang menyeberang seperti berjalan di atas air karena jembatan tertutup air laut.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Jembatan Batu Pulau Koja Doi
Jembatan batu yang mirip tali pusar punya kisah tersendiri. Jembatan yang menghubungkan Pulau Koja Doi dan Pulau Besar di bagian utara ini dikerjakan pertama kali pada tahun 1979.
Tokoh Masyarakat Koja Doi, La Mane Untu menuturkan, saat itu pengerjaan dilakukan oleh warga dan tentara.
"Kita kerja pertama tiga minggu. Kerja pakai kelompok dengan target volume dan waktu tertentu. Tinggi dua meter dan lebar satu setengah meter," kata La Mane.
Pekerjaan jembatan berlanjut pada tahun 1983. Kali ini, masyarakat sendiri yang bekerja dengan bantuan program padat karya pemerintah pusat.
"Masyarakat sendiri yang bekerja. Ambil batu di pinggir laut. Lalu muat di sampan. Masing-masing kelompok punya target," sebutnya.
Baru pada tahun 2014, Pemkab Sikka memberikan bantuan untuk pembangunan jembatan unik ini. Kini, jembatan batu jadi salah satu spot wisata yang diandalkan oleh Desa Koja Doi dan telah didatangi oleh banyak wisatawan, baik domestik maupun manca negara.
Advertisement