Salam Pagi dari Kedai Menapo, Pilih Kopi Tuak atau Kopi Tebu?

Kedai menapo di sekitaran kompleks Percandian Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, menjadi alternatif destinasi wisata untuk dikunjungi pada era adaptasi kenormalan baru ini

oleh Gresi Plasmanto diperbarui 03 Agu 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2020, 06:00 WIB
Kedai Menapo
Kopi tebu, minuman kopi yang diolah tradisional dengan sari pati air tebu yang disajikan di kedai Menapo, Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. (Liputan6.com / Gresi Plasmanto)

Liputan6.com, Jambi - Di bawah pohon bungur yang tumbuh rindang di pelataran samping rumah perkumpulan Menapo, Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, itu sekelompok muda-mudi kongkow bercengkrama satu sama lain.

Puluhan muda-mudi itu bervakansi ria. Tak hanya bercengkrama sembari menikmati kopi dan kudapan, sesekali dari mereka ada yang swafoto, narsis, dan lantas diunggah di media sosial.

Liburan akhir pekan mereka pada awal Agustus 2020 itu menjadi lengkap. Di tempat yang diberi label Kedai Menapo juga menyajikan live music. Pengunjung di kedai Menapo ini bisa request lagu, atau bahkan ikut menembang bersama.

Kedai Menapo yang berada di tengah Desa Muara Jambi, sekitaran kompleks percandian Muarajambi itu menjadi alternatif destinasi wisata pada era adaptasi kenormalan baru. Beberapa hari sejak dibuka, pengunjung yang didominasi kalangan muda-mudi sangat antusias.

"Baru pas lebaran Idul Adha kemarin buka, pengunjung antusias, jangan lupa juga selalu kami ingatkan protokol kesehatan," ujar Abdul Haviz selaku tuan rumah kedai Menapo kepada Liputan6.com, Sabtu (1/8/2020).

Kedapi Menapo buka setiap hari mulai dari jam 08.00 pagi hingga 21.00 WIB. Pagi hari ketika akhir pekan, kedai ini bisa menjadi referensi untuk tempat ngopi, sembari menikmati suasana dusun yang berada di sekitaran kompleks percandian terluas di Asia Tenggara.

Di kedai ini ada sajian kopi yang diolah dengan cara tradisional. Mulai kopi tuak, kopi ini diolah dengan air nira atau enau. Selain itu ada juga kopi tebu, yakni kopi yang diolah dengan sari pati air tebu.

Paduan kopi yang disajikan dengan olahan sari tebu ini menjadi sajian khas di kedai itu. Rasanya kopi yang pahit menjadi lebih nikmat dipadukan dengan manis alami.

Sajian kopi terasa lebih nikmat dengan tambahan sajian kudapan ketan bakar dan ketan goreng. Semua sajian yang ditawarkan harganya cukup ramah di kantong, mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per item menu.

Selain menikmati sajian kopi yang diolah tradisional, di kedai ini pengunjung juga bisa bercengkerama di bawah rimbunnya pohon bungur dengan latar instalasi yang instagramable.

"Suasananya asyik, ada live musiknya juga, cocok buat anak-anak muda nongkrong," kata Wendi, seorang wisatawan lokal.

Simak video pilihan berikut ini:

Geliat Ekonomi Kreatif di Era Normal Baru

Kedai Menapo
Instalasi topeng Labu di kedai Menapo di Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. Era normal baru ini ekonomi kreatif yang digerakan komunitas pemuda tumbuh. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Sebelum menjadi kedai, dulunya tempat ini hanya pelataran kosong. Kini di era adaptasi kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi, komunitas perkumpulan rumah Menapo urun daya--menyulapnya menjadi destinasi baru yang kreatif.

Bangku-bangku di bawah pohon bungur itu ditata berjarak. Kemudian instalasi kesenian topeng Labu terpampang di beberapa sudut kedai. Topeng Labu itu juga ada yang dipadukan dengan orang-orangan sawah.

Kedai menapo ini kata Abdul Havis, berkonsep nuansa terbuka. Semua pengerjaannya dilakukan oleh anggota komunitas di perkumpulan rumah Mendapo. Dia berharap dengan keberadaan kedai itu bisa membuat desa wisata Muara Jambi menjadi eksis di datangi wisatawan.

"Era normal baru ini bisa meningkatkan ekonomi kreatif komunitas, ini semua kawan-kawan yang kerjakan," ujar Ahok--sapaan akrab Abdul Haviz.

Tak hanya tempat wisata, kedai Menapo ini kata Ahok, juga terbuka menjadi tempat ajang diskusi dan belajar sama-sama, baik itu diskusi tentang kebudayaan maupun soal sejarah percandian Muarajambi.

Komunitas perkumpulan rumah Menapo berisi anggota yang giat dengan isu pelestarian Candi Muarajambi. Anggota komunitas itu ada yang menjadi tour guide. Tak hanya itu, pemuda di perkumpulan rumah Menapo juga aktif berkarya bikin film.

Nama Menapo diambil dari kebudayaan yang tumbuh di Desa Muara Jambi. Menapo adalah untuk penyebutan reruntuhan batu bata candi yang masih tertimbun di dalam gundukan tanah. Di kompleks percandian Muarajambi yang memiliki luas 3.981 hektare itu terdapat sekitar 82 menapo.

 

Rute ke Kedai Menapo

Kedai Menapo
Seorang pengunjung bersepeda melewati kedai Menapo di Desa Muara Jambi, Kabupaten Muaro Jambi. (Liputan6.com/Gresi Plasmanto)

Kedai Menapo terletak jalan candi Kembar Batu, RT 06 Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi. Dari Kota Jambi menuju ke desa itu jaraknya 35 kilometer.

Jika pengunjung menggunakan kendaraan roda empat, direkomendasikan parkir kendaraan yang terletak di depan pos penjagaan kompleks percandian Muarajambi. Kemudian, pengunjung bisa meneruskan perjalanan ke kedai Menapo dengan melewati jalan setapak.

Pengunjung bisa menyewa sepeda atau menggunakan jasa becak motor yang akan mengantarkan. Di sana pengunjung akan melewati permukiman warga dan melihat aktivitas penduduk desa.

Rumah-rumah di Desa Wisata Muara Jambi itu mayoritas rumah panggung. Rumah panggung itu menjadi ciri khas rumah suku Melayu Jambi. Suasana rumah panggung di pedesaan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung di sana.

Selain itu, pada era adaptasi kenormalan baru dengan menerapkan protokol kesehatan, destinasi wisata kompleks percandian Muarajambi telah dibuka untuk umum. Pada akhir pekan dan hari biasa, candi Muarajambi sudah ramai dikunjungi wisatawan lokal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya