Waduk Dawuhan Kering, Warga Madiun Panen Ikan Berbulan-Bulan

Ikan-ikan hasil tangkapannya ini biasanya hanya dijual di sekitar waduk, tidak sampai dijual ke pasar

diperbarui 11 Okt 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2020, 07:00 WIB
Menjaring Berkah dari Luapan Kali Doser Bekasi
Ikan betik terperangkap dalam perangkap ikan tradisional atau anco milik warga di Kali Doser, Desa Wates, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (21/1/2020). Hujan besar yang turun menjadi berkah bagi warga karena aliran air Kali Doser akan meluap dan menjadikan tangkapan melimpah. (merdeka.com/Imam Buhori)

Madiun - Waduk Dawuhan yang ada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengering saat musim kemarau.

Karena kondisi waduk mengering, warga sekitar biasanya memanen ikan di Waduk Dawuhan Madiun. Mereka beralih pekerjaan sebagai nelayan di waduk yang memiliki luas sekitar 1.273 hektare.

Seperti terlihat pada Sabtu (10/10/2020) siang, dua warga sekitar Waduk Dawuhan, Sunardi dan Gunawan, sibuk menarik jaring yang telah mereka pasang. Kemudian satu per satu ikan yang menyangkut di jaring akan dimasukkan di dalam wadah.

Setelah ikan-ikan yang terperangkap dalam jaring terkumpul, kemudian hasilnya dibawa ke bawah waduk. Di tempat itu sudah ada warga yang mengantre untuk membeli ikan tangkapan nelayan musiman ini.

“Ikannya yang kecil-kecil satu kilo [kg],” kata seorang warga yang sedari tadi menunggu tangkapan ikan datang, dikutip Solopos.com.

Saat berbincang dengan Madiunpos.com/JIBI, Sunardi menuturkan Waduk Dawuhan ini sudah mulai surut pada Agustus lalu. Sejak itu, setiap hari air waduk berlahan surut hingga kini hanya sisa sekitar 1,5 meter saja.

Warga sekitar pun memanfaatkan kondisi waduk yang telah mengering untuk mencari ikan. Pada awal-awal mengering, dia mengaku bisa mendapatkan ikan hingga 50 kilogram dalam sehari.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Tanam Padi dan Sayuran

Berburu Ikan di Situ Gintung
Warga sekitar Situ Gintung mencari ikan Nila, Mujahir, Gabus mengunakan jaring dan jala di cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (13/8/2020). Selain dimanfaatkan warga mencari ikan Situ Gintung juga sebagai objek wisata ekonomis. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

“Awal-awal itu bisa dapat 50 kilogram. Kadang juga 40 kilogram, 30 kilogram. Tetapi sekarang hasil tangkapannya menurun. Ya mungkin karena setiap hari ikannya diambil, jadi sudah habis,” ujarnya.

Pria yang setiap harinya sebagai petani ini menuturkan rutin setiap tahun mencari ikan di Dawuhan saat musim kemarau tiba. Selain untuk menambah penghasilan, mencari ikan ini juga dianggap sebagai hiburan.

“Untuk hiburan. Kalau dapat ikan kan senang,” katanya.

Hal senada juga dikatakan Gunawan di sela-sela menarik jaring yang disebar di Waduk Dawuhan.

Dia menuturkan untuk beberapa hari ini hasil tangkapannya memang sangat sedikit. Sehari tak lebih dari 10 kilogram. Untuk ikan yang didapat antara lain nila, lele, ikan gabus, hingga ikan tombro.

Ikan-ikan hasil tangkapannya ini biasanya hanya dijual di sekitar waduk, tidak sampai dijual ke pasar.

“Biasanya saat sore hari banyak warga yang datang ke sini untuk membeli ikan tangkapan kami,” ujar dia.

Selain dimanfaatkan untuk mencari ikan, lahan waduk yang mengering juga dimanfaatkan warga untuk menanam padi dan sayuran.

“Ada juga yang menggunakan lahan waduk untuk menanam padi. Itu ditanami ya pada waktu kering kayak gini saja,” ujarnya.

Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya