Liputan6.com, Cirebon - Tingginya harga jual kedelai tak hanya membuat produsen tempe tahu mengurangi ukuran demi tetap bisa berjualan memenuhi kebutuhan konsumen.
Salah satu produsen tempe di Kampung Karangsetra Kelurahan Sukapura Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon terpaksa merumahkan karyawannya sejak harga kedelai naik signifikan.
"Menurut kami harga kedelai kenaikannya tidak logis dan cepat sekali otomatis produsen seperti kami yang rumahan harus menyiasati usaha ini," ujar pengelola industri tempe rumahan Arif Budiman, Selasa (5/1/2021).
Advertisement
Baca Juga
Arif mengaku berusaha terus memproduksi dengan mengurangi ukuran tempe. Bahkan, untuk tetap berjualan, Arif mengurangi ukuran tempe yang akan dijualnya.
Untuk mengurangi risiko kerugian, produsen tempe rumahan yang dikelola Arif juga terpaksa mengistirahatkan dua karyawannya. Produksi tempe dikelola oleh keluarga Arif Budiman.
"Ini ada potensi harga kedelai naik lagi dan risiko yang ditekan yang di bawah harga naik atau ukuran tempe berkurang," ujar dia.
Arif mengaku kenaikan harga tak seimbang dengan modal yang dikeluarkan. Sebelumnya, Arif memproduksi 60 sampai 70 kg kedelai per hari, sekarang 50 kg per hari.
Saksikan video pilihan berikut ini
Pendapatan Menurun
Untuk mengurangi risiko rugi, hasil produksi tempe harus habis terjual dalam sehari. Dia menyebutkan, harga jual tempe buatan Arif saat ini Rp4.000 per potong.
"Sebelumnya Rp3.000 sampai Rp3.500 per potong," sebut dia.
Namun demikian, Arif mengaku masih rugi jika harga kedelai impor dijual Rp9.300 sampai Rp9.500 per kg.
Butuh waktu empat hari dalam proses memproduksi tempe. Mulai dari pengolahan kedelai sampai penjualan.
"Sebelumnya pendapatan rata-rata Rp500 ribu sampai Rp600 ribu per hari sekarang omzet dan pendapatan turun. Untung Rp1.000 saja masih belum nutup sama ongkos produksi," sebut Arif.
Advertisement