Liputan6.com, Pekanbaru - Dearmando Purba menjadi korban penembakan di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu. Pihak keluarga belum menerima kematian pria 26 tahun itu karena menilai banyak kejanggalan dalam pengusutan yang dilakukan oleh Polres Rokan Hulu.
Sebelumnya, penembakan terpicu keributan antara dua kelompok yang saling mengklaim memiliki lahan. Kasus ini menjerat tersangka RB yang bekerja sebagai petugas keamanan di satu kelompok yang sebelumnya mengambil alih barak kelompok lain.
Advertisement
Baca Juga
Saudara korban, Darmansyah Purba mempertanyakan kenapa kasus ini hanya menjerat satu tersangka. Pasalnya, saat kejadian pada Selasa siang, 26 Januari 2021 itu, Darmansyah melihat ada puluhan orang berusaha mengejar saudara satu marganya itu.
"Tidak hanya Dearmando, ada lagi korban penembakan Warsito Purba dan Paijan. Semuanya kena bagian kepala, apakah satu orang menembak padahal waktunya berdekatan," kata Darmansyah kepada wartawan.
Sebagai saksi mata saat kejadian, Darmansyah melihat sejumlah orang memegang senjata, baik itu tajam hingga senapan angin. Bahkan, Darmansyah melihat ada orang mengambil pistol berbentuk stenlis dari tas.
"Saya menduga itulah yang ditembakkan ke korban, masak senapan angin berasap letusannya, apalagi bentuknya pendek," jelas Darmansyah.
Darmansyah juga menilai luka korban Dearmando tidak wajar. Apalagi melihat ukuran lobang di tengkuk hingga menembus ke dahi karena penembakan itu.
"Di belakang kecil tembus ke dahi lebar, tembus pula, apakah itu senapan angin," katanya.
Simak Video Pilihan Berikut:
Tembakan di Kepala
Sementara itu, Sudirman sebagai koordinator pekerja bagi sejumlah warga pekebun di lokasi menilai tembakan itu sengaja dilakukan untuk membunuh. Pasalnya, semua korban, satu meninggal dunia, terkena tembakan pada bagian kepala.
"Ini bukan melumpuhkan, korban kena kepala semua, ada yang di tengkuk tembus ke dahi, kemudian di dagu," tegas Sudirman.
Kejanggalan lainnya dirasakan Sudirman saat mengantarkan jenazah Dearmando ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau. Saat itu, tim dokter menyebut ada ditemukan selongsong peluru.
"Ketika jenazah sudah naik ke ambulans saya tanya soal selongsong, kata dokter tidak ada, seperti dipermainkan saya," kata Sudirman.
Mengingat kejadian itu, Sudirman mengaku masih geram. Pasalnya, kedatangannya bukan untuk ribut melainkan memanen di kebun sawit yang hampir setahun tak pernah dikunjunginya.
"Sekarang Covid-19, pendapatan susah makanya satu-satunya cara (dengan) memanen," jelas Sudirman.
Hingga kini, Sudirman masih menaruh amarah kepada kelompok yang menembaki teman-temannya. Apalagi, ada kabar yang menyebut bahwa kelompok dialah yang memulai penyerangan.
"Videonya-kan beredar, bisa dilihat siapa yang memerintahkan menembak, kami hanya ingin panen karena sudah susah. Adapun terkait batu itu kami temukan di tanah, dipakai melindungi diri ketika kami diserang," tekan Sudirman.
Advertisement
Jawaban Polisi
Kasubbag Humas Polres Rokan Hulu Inspektur Dua Refly Setiawan Harahap menyebut senjata yang digunakan saat bentrokan itu adalah senapan angin. Terkait ada letusan senjata menyerupai bunyi mercon, dia menyebut karena lemparan batu ke seng.
"Itu suara seng, tidak ada senjata api, senapan angin ada, sudah dijadikan barang bukti," tegas Refly.
Refly menyebut senapan angin yang digunakan punya peluru kaliber 4,5 milimeter. Senjata itu sudah diperlihatkan ke tersangka RB dan mengakui itulah yang digunakan untuk menembak korban.
Meski baru menetapkan satu tersangka dari 15 orang yang diamankan usai bentrokan, Refly mengatakan penyidikan masih berlangsung sehingga tak menutup kemungkinan ada tersangka lain.
Menurut Refly, Polres langsung ke lokasi usai kejadian melakukan penyelidikan. Bahkan saat itu, sambung Refly, Kapolres memerintahkan agar kasus ini ditindak secara cepat dan transparan.
"Kalau ada perkembangan (ada tersangka lain) tentu akan kami rilis," ucap Refly.
Refly mengatakan lokasi bentrok sudah diberi garis polisi. Untuk sementara waktu, di lahan itu tidak boleh ada aktivitas agar tidak terjadi bentrokan susulan.
Menurut Refly, pemicu bentrokan karena saling klaim lahan di lokasi. Sebelum bentrokan sudah ada gesekan antara keduanya dan sudah berusaha didamaikan meskipun hasilnya minim.
"Namun yang diusut sekarang adalah pidana, ada nyawa hilang di sana, fokus ke sini," tegas Refly.
Ingin Transparansi
Terpisah, kuasa hukum korban Posma M Hutajulu meminta penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Rohul profesional, transparan dan akuntabel dalam kasus ini. Dia meminta jangan sampai korban tidak mendapat keadilan.
"Apalagi saat ini satu tersangka, apa dasarnya. Apakah tiga korban yang ditembak dalam waktu berdekatan itu satu orang pelakunya," tegas pria disapa PM ini.
PM ingin penyidik menuntaskan kasus ini sampai ke akar-akarnya, mulai dari orang yang memprovokasi, penembak dan mengejar korban.
"Kan jelas dalam video itu ada provokasi penembakan, tembak, tembak, itu ada yang kasih komando. Apakah cuma satu orang," tanya PM.
Advertisement