Liputan6.com, Kendari - Sarabba, merupakan minuman khas Makassar berbahan jahe, gula merah, santan dan rempah-rempah. Di daerah asalnya, Kota Makassar Sulawesi Selatan hingga propinsi tetangga di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, belum banyak literatur menjelaskan muasal minuman yang sudah memasyarakat sejak ratusan tahun ini.
Khusus di Kota Kendari, banyak cerita menyebutkan, minuman ini awalnya dibawa para pedagang asal Selatan (sebutan suku Bugis-Makassar) yang sudah masuk berbisnis di wilayah ini sejak dahulu. Kemudian menyebar, hingga ke pelosok wilayah kepulauan.
Advertisement
Baca Juga
Hari ini, di Kota Kendari sudah banyak lokasi cukup terkenal menikmati sarabba. Beberapa di antaranya, mempertahankan suasana di daerah asalnya, menjual dengan gerobak dorong.
Kemudian, rata-rata pemilik warung sarabba menggelar dagangan di pinggir laut, seperti di daerah asalnya. Pesisir Pantai Losari Makassar, salah satu lokasi paling mudah menemukan berbagai jenis sarabba dengan rasa unik.
Belum banyak yang mengetahui, ada sebuah lokasi minum sarabba di Kendari yang jadi favorit warga. Waroeng Sarabba Kendari, begitu orang menyebutnya sejak 2019.
Kata Fadli, perintis Waroeng Sarabba, sejumlah pejabat dan orang-orang terkenal di Kota Kendari pernah menyambangi lokasi berjualan yang terletak di pinggir kali. Mereka kadang datang langsung menikmati situasi, ada pula yang hanya datang memesan lalu membawa pulang untuk dinikmati di rumah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Simak Video Pilihan Ini:
Rasa Spesial
Sarabba yang dijual di Kota Kendari, rata-rata memiliki cita rasa khusus. Sarabba, umumnya terbuat dari campuran jahe, gula merah, santan, serei dan beberapa jenis rempah-rempah lainnya.
Namun, Waroeng Sarabbba Kendari, tampil cukup berbeda. Ada cita rasa kayu manis dan campuran santan yang kental. Beberapa pengunjung kadang salah menebak jika minuman ini memiliki campuran cengkih.
Karena rasanya, banyak orang berkumpul di lokasi ini sejak petang. Bahkan, saking padatnya, pernah diperingatkan Satpol PP agar menutup lebih cepat sehingga tak mengganggu kenyamanan pengendara sekitar.
"Enak, kita suka yang kental, terus, ada ampas-ampasnya jadi rasanya lebih natural," ujar Novi, salah satu penikmat sarabba.
Advertisement
Lokasi Unik
Lokasi Waroeng Sarabba, berlokasi di Jalan Kolonel Abdul Hamid, Kelurahan Bende, Kecamatan Kadia. Lokasinya, berada diantara jejeran lapak yang khusus disediakan Pemkot bagi pedagang kecil di Kota Kendari.
Warung ini berada di pinggiran Kali Kadia. Salah satu aliran kali terpanjang yang bermuara di Teluk Kendari.
Lokasinya juga sejuk. Sebab terletak di pinggiran jalan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Tak banyak debu, bikin orang betah berlama-lama.
Tidak Kumuh
Penjual sarabba di Kota Kendari, familier dengan gerobak dorong dan tenda-tenda yang terpasang di pinggir jalan. Sehingga, jika warung tak terawat, pengunjung tak betah berlama-lama.
Berbeda dengan Waroeng Sarabba, tersedia 21 meja bagi pengunjung, juga dilengkapi tenda berbentuk payung. Satu meja, bisa diisi 5 sampai enam orang atau lebih.
Ada pula live karaoke, tersedia bagi pengunjung yang ingin membawakan lagu. Tampilan ini mengubah persepsi orang jika warung sarabba tidak hanya bisa dijual dengan gerobak, namun bisa mengimbangi kebutuhan warga yang datang hanya ingin cuci mata dan mencari suasana baru.
Â
Advertisement
Kaya Manfaat
Minuman Sarabba, selain dipercaya mampu menambah stamina, juga menjadi minuman terbaik saat musim hujan. Kadungan jahe dan gula merah, dipercaya mampu menghangatkan tubuh.
Selain itu, rata-rata pengunjung yang menikmati sarabba mengaku tidak lagi memiliki masalah dengan saluran pencernaan;
"Kita minum sarabba, lancar buang air. Jahe itu bagus, apalagi yang mengalami susah buang air, sarabba salah satu minuman herbal alternatif," ujar Ahmad, salah seorang pengunjung.
Penuh Perjuangan
Tak banyak yang tahu, Waroeng SarabbaQ, pernah menjual di salah satu lokasi paling ramai di Kota Kendari. Namun, karena statusnya menumpang, Fadli akhirnya harus rela saat diminta pindah.
Mantan salah satu staf media online di Kota Kendari ini, memutuskan membuka warung sarabba di lokasinya saat ini. Mengawali dua orang pekerja, pria dengan tiga orang anak harus putar otak agar pelanggan tetap datang.
"Saat ini sudah 4 orang karyawan. Selama pandemi cukup menantang, bahkan pernah tak ada yang datang. Bukan tak mau, tapi mereka tak berani karena ada PPKM," ujar Fadli.
Namun, karena tahu sedikit soal pengaruh media sosial, Fadli kerap memposting foto-foto di warungnya saat sedang ramai. Selain itu, dia juga tidak menutupi, pembicaraan dari mulut ke mulut menyebabkan dia bisa tetap mendapat pelanggan.
"Yang penting berusaha sabar dan fokus," ujar pria yang membuka warung sarabbanya sejak 2019 itu.
Hingga saat ini, dia juga tak berharap banyak soal berbagai jenis bantuan pemerintah yang mengalir ke pengusaha. Namun, dia tak memungkiri, jika diberi tetap akan menerima."Namanya rezeki, kalau dikasi ambil, tapi jangan minta-minta,"Â ujar dia.
Advertisement