Liputan6.com, Kendari - Tak banyak orang tahu, Tugu Persatuan atau tugu eks-MTQ yang berdiri di tengah Kota Kendari Sulawesi Tenggara, merupakan karya Wali Kota Makassar saat ini, Moh Ramdhan Pomanto atau juga dikenal dengan nama Danny Pomanto. Saat itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, meminta jasa pria kelahiran Makassar, 30 Januari 1964, merancang tugu setinggi 99 meter itu.
Hari ini, di Kota Makassar, Danny dikenal sebagai arsitek yang pernah merevitalisasi lapangan Karebosi, anjungan Pantai Losari, merancang Masjid Terapung, Centerpoint of Indonesia (COI), serta pantai Akkarena. Sebelumnya, dia bekerja sebagai Dosen di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Hasanuddin.
Mungkin, Danny Pomanto tak menyangka, bangunan yang dibangun untuk perayaan MTQ Nasional ke-21 tahun 2006, kini sudah menjadi landmark kota Kendari. Area ini menjadi penanda lokasi bagi banyak pengunjung karena letaknya berada di tengah kota.
Advertisement
Baca Juga
Danny Pomanto tak asal merancang konstruksi bangunan eks-Taman Ria Kendari yang tenar era 90-an itu. Mengalihfungsikan dari taman hiburan biasa menjadi tugu, pemerintah saat itu ingin membuat simbol sejarah baru.
Pemprov Sulawesi Tenggara, pernah menitip soal filosofi, bentuk dan tinggi bangunan sejak sebelum mulai dibangun kepada sang arsitek. Bangunan ini, dirancang dengan memperhatikan kondisi sosial dan budaya di Sulawesi Tenggara.
Kadis Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul menceritakan, tinggi bangunan melambangkan Asmaul Husna, atau sifat-sifat mulia Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan, bentuknya yang berdiri tegak sebagai simbol persatuan.
"Kita tahu, Sulawesi Tenggara, ada banyak etnis. Sehingga, tugu ini sebagai sejarah baru mengumpulkan beragam budaya, profesi, dan kalangan," ujar Pahri Yamsul.
Hari ini, filosofi yang dipikirkan sejumlah tokoh saat itu, ada benarnya. Area MTQ itu kini menjadi pilihan wisata rekreasi dan olahraga murah bagi semua kalangan. Hampir setiap hari hingga akhir pekan, lokasi ini kerap digunakan warga untuk jogging, adu ketangkasan olahraga, atau sekadar untuk berswafoto.
Tidak hanya itu, sebagian lokasinya kini digunakan sebagai lokasi bisnis bagi pengusaha UMKM. Ada puluhan lapak dagangan, warung kopi dan rumah makan yang memanfaatkan suasana ramai pengunjung di sekitar Tugu Persatuan.
"Kami sudah beberapa kali merehabilitasi. Saat ini, kami dalam proses penyerahan ke Dinas Pariwisata untuk dikelola agar memaksimalkan APBD," kata Pahri Yamsul.
Menurut Pahri, secara aturan, pengelolaan tidak bisa dijalankan Dinas Cipta Karya Sulawesi Tenggara. Pihaknya berharap, jika sudah dikelola Dinas Olahraga atau Pariwisata, lokasinya bisa tetap terawat dan bisa mempertahankan fungsinya sebagai ikon kota.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Tugu Persatuan Indah dari Udara
Jika diamati dari foto drone, lokasi tugu ini berbentuk seperti sebilah tongkat kerajaan, lengkap dengan mahkota dan kaki. Di tengah areal, terdapat bangunan tugu.
Saat belum teknologi foto drone dikenal luas tahun 2003 lalu, perancangnya sudah berupaya menata arsitektur lokasi tugu persatuan agar tak ketinggalan zaman di masa depan.
Dari udara, kita bisa mengamati, ada taman terbuka hijau yang ditata di sisi kiri dan kanan tugu persatuan. Wistawan menjadikan lokasi ini sebagai area olahraga dan menghabiskan waktu akhir pekan.
Dari udara, lokasi tugu persatuan dirancang dengan menggabungkan bangun datar segi banyak dan bangun datar tak beraturan. Jika diamati dari foto udara, terdapat bangunan berbentuk elips, bulatan menyerupai bunga dan mahkota, yang tampak menghasilkan kesan estetik
Keunikan lainnya, lantai sepanjang pelataran tugu persatuan hampir sepanjang 1 kilometer, dilapisi keramik. Keramik warna warni ini, khusus didatangkan dari luar daerah saat dibangun pertama kali dibangun.
Advertisement
Perawatan dan Pengawasan
Saat ini, Pemprov Sultra sudah mengeluarkan miliaran rupiah untuk rehabilitasi tugu persatuan. Terakhir pada tahun 2019, ada sekitar Rp7 miliar untuk rehabilitasi dan perawatan.
Namun, lokasi ini sempat disorot pada 2020 lalu. Pasalnya, sampah dan kondisi pelataran tak terawat. Rumput subur merambat tak terawat di wilayah ini.
Beberapa lokasi bangunannya, mulai tak terawat dan dibiarkan lapuk. Beberapa pemerhati sempat melontarkan kritikan pedas soal rehabilitasi bangunan yang dianggarkan dengan jumlah miliaran rupiah namun tak memperhatikan perawatan.
Kadis Cipta Karya Bina Konstruksi dan Tata Ruang Sulawesi Tenggara, Pahri Yamsul menyatakan, pada 2020 pihaknya masih mengawasi areal MTQ. Namun, Dinas Cipta Karya tak memiliki anggaran untuk mengelola itu.
"Selama pandemi Covid-19, tak dianggarkan perawatan. Tahun sebelumnya, ada anggaran perawatan untuk potong rumput dan menjaga kebersihan, namun tak maksimal," ujar Pahri Yamsul.
Dia memaparkan, pihaknya juga sempat merehabilitasi struktur besi dan baja menara karena sempat berkarat. Sebelumnya, sejumlah remaja kerap memanjat puncak menara sebagai ajang uji nyali.
Dia menambahkan, lokasi pelataran MTQ berlantai keramik juga menjadi ajang pencarian jati diri sejumlah remaja. Mereka kerap menggunakan lokasi ini sebagai arena skateboard.
"Namun, kami pindahkan mereka, karena bisa merusak. Kami carikan lokasi di KONI Sultra, saat ini sementara dirancang," katanya.
Lokasi Adu Nasib Pedagang Kecil
Di pelataran kanan dan kiri Tugu Persatuan, menjadi lokasi puluhan warung kuliner dan pedagang kecil mengais rezeki. Paling ramai akhir pekan, hingga kadang menyebabkan macet saat pengunjung mulai memadati lokasi.
Di sini, orang dari berbagai etnis di Sultra dan Indonesia yang mencari peruntungan berjualan camilan dan makanan berat. Tidak hanya itu, sejumlah warga lokal dan pendatang, memanfaatkan lokasi seputar wilayah tugu persatuan karena memang lokasinya menjadi jalur utama pengendara roda dua dan empat.
Salah seorang pengunjung, Syukur Puslin menyatakan, lokasi MTQ cocok sebagai lokasi wisata bagi keluarga yang ingin berakhir pekan. Meskipun ramai, tetapi pengunjung bisa betah karena masing-masing lapak, dilengkapi fasilitas wi-fi hingga musik.
"Makanannnya enak-enak, murah. Tidak kalah sama warung makan atau warung kopi lainnya," ujar Syukur Puslin.
Dampaknya, sering ada sampah tak terurus. Sehingga, kerap menggangu pejalan kaki dan pengunjung.
Kadis Cipta Karya Pahri Yamsul menanggapi, pihaknya bersyukur saat ini lokasi tugu persatuan jadi tempat warga berusaha meskipun kecil-kecilan. Hal ini, menurutnya, mampu memberdayakan rakyat kecil yang terus berusaha di tengah pandemi Covid-19.
Advertisement