Liputan6.com, Kendari - Tari lulo merupakan tarian tradisional suku Tolaki di Sulawesi Tenggara yang telah bertahan selama berabad-abad. Awalnya, tarian ini merupakan ritual syukur setelah panen dan sarat dengan nilai spiritual.
Mengutip dari laman Kemdikbud, tari lulo berakar dari kebiasaan masyarakat Tolaki menginjak-injak padi setelah panen untuk melepaskan bulir dari tangkainya. Kata lulo sendiri berarti menginjak onggokan padi.
Pada masa lalu, tarian ini bagian dari ritual pemujaan Dewi Padi. Masyarakat Tolaki percaya, gerakan menginjak-injak dalam tarian ini dapat menghibur dewa Sanggolemboe agar tidak murka.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, tari lulo juga digunakan sebagai ritual penyembuhan. Jika seseorang sakit, warga berkumpul, bergandengan tangan, dan menari bersama dipimpin seorang dukun.
Mereka percaya, tarian ini dapat memulihkan kesehatan dengan menenangkan roh-roh yang murka. Dahulu, tari lulo hanya dilakukan saat panen atau upacara adat.
Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, tarian ini mengalami pergeseran fungsi. Kini, Tari Lulo sering ditampilkan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, penyambutan tamu penting, perayaan kemerdekaan.
Meski tidak lagi menjadi ritual sakral, nilai-nilai kebersamaan dalam tari lulo tetap terjaga. Tarian ini menjadi media untuk mempererat tali persaudaraan, bahkan menjadi ajang perkenalan bagi muda-mudi suku Tolaki.
Tari lulo memiliki gerakan khas, yaitu penari bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil menginjak-injakkan kaki. Posisi tangan pria selalu berada di bawah tangan wanita sebagai bentuk penghormatan.
Tarian ini memiliki aturan yang ketat, terutama dalam hal tata cara masuk dan keluar dari lingkaran. Penonton yang ingin bergabung harus masuk dari tengah lingkaran, bukan dari belakang.
Hal ini untuk menghindari sentuhan yang tidak sopan. Jika seorang penari ingin keluar, ia harus meminta izin terlebih dahulu kepada penari di sampingnya dan mengundurkan diri secara perlahan.
Ada pula larangan bagi penari yang baru keluar untuk langsung masuk kembali di tempat lain. Hal ini dimaksudkan agar tidak menyinggung perasaan penari lain.
Tari lulo memiliki beberapa variasi, seperti lulo sangia, lulo ngganda, dan lulo anggo. Perbedaan ini muncul karena faktor pengiring musik, gerakan, atau daerah asalnya.
Penulis: Ade Yofi Faidzun