Kolaborasi Arkom dan Penyintas Gempa Palu Raih World Habitat Awards Bronze Winner 2021, Apa Maknanya?

Kolaborasi penyintas bencana gempa dan tsunami Palu bersama Arkom Indonesia dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan World Habitat tahun 2021 karena dinilai berhasil mendorong perubahan dalam pembangunan kawasan yang berbasis komunitas.

oleh Heri Susanto diperbarui 20 Des 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Des 2021, 12:00 WIB
hunian di kawasan relokasi mandiri warga mamboro
Hunian di kawasan relokasi mandiri warga Mamboro hasil kolaborasi Arkom Indonesia dan penyintas bencana yang meraih World Habitat Awards Bronze Winner 2021 oleh World Habitat bekerjasama dengan UN-Habitat. (Foto: Arkom Indonesia).

Liputan6.com, Palu - Kolaborasi penyintas bencana gempa dan tsunami Palu bersama Arkom Indonesia dinobatkan sebagai salah satu penerima penghargaan World Habitat tahun 2021 karena dinilai berhasil mendorong perubahan dalam pembangunan kawasan yang berbasis komunitas.

World Habitat Awards Bronze Winner 2021 oleh World Habitat bekerjasama dengan UN-Habitat itu diberikan Kamis (16/12/2021) untuk proyek kolaborasi antara yayasan Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia bersama penyintas gempa dan tsunami di Kelurahan Mamboro, Teluk Palu dalam upaya pemulihan, rekonstruksi, dan relokasi berbasis komunitas. Pengumuman penghargaan tahunan PBB itu juga dirilis di website world-habitat.org.

Pascagempa dan tsunami di Teluk Palu yang terjadi 28 September 2018 lalu, Arkom memulai pendampingan warga terdampak dengan partisipatif dan pendekatan lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Pendekatan seperti itu menekankan kemandirian warga untuk membangun kembali kehidupannya setelah bencana yang menghancurkan pemukiman mereka yang awalnya berada tepat di pinggir pantai Mamboro.

Saat itu puluhan penyintas di lokasi tersebut menolak hunian yang disediakan pemerintah lantaran jaraknya yang jauh dari lokasi awal mereka yakni 5 kilometer dan jauh dari laut yang menjadi sumber ekonomi mereka sebagai nelayan dan penjemur ikan. Arkom dan warga kemudian berhasil meyakinkan pemerintah daerah hingga pusat untuk mengakomodasi skema relokasi mandiri di lokasi aman sekitar 250 meter dari pantai yang dipilih warga.

"Ini memungkinkan penyintas untuk membangun kembali kehidupan yang lebih aman tanpa tercerabut dari apa yang menjadi dasar seluruh komunitas mereka,” David Ireland, Chief Executive World Habitat, menilai dalam rilis kepada jurnalis di Palu, Sabtu (18/12/2021).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan Ini:

Hunian yang Menguatkan Penyintas dalam Komunitas

hunian di kawasan relokasi mandiri warga mamboro
Hunian di kawasan relokasi mandiri warga Mamboro hasil kolaborasi Arkom Indonesia dan penyintas bencana yang meraih World Habitat Awards Bronze Winner 2021 oleh World Habitat bekerjasama dengan UN-Habitat. (Foto: Arkom Indonesia).

Direktur Yayasan Arkom Indonesia, Yuli Kusworo mengungkapkan penghargaan itu adalah hasil dari kesabaran, kerja keras, dan tekad dari warga penyintas untuk membangun kembali kehidupan setelah bencana dengan kemandirian, yang akhirnya mendapat pengakuan. 

"Proses yang tidak mudah dilalui di awal; mengidentifikasi kebutuhan penyintas dan kebijakan Pemerintah untuk berkolaborasi bersama adalah bagian penting dari proyek ini.” kata Yuli Kusworo. 

Yuli juga bilang apa yang dilakukan warga terdampak bencana itu bersama Arkom bukan sekadar membangun hunian, melainkan juga membangun kemampuan warga dalam hal rancang bangun, perencanaan kawasan, hingga pemberdayaan ekonomi.   

Di lokasi relokasi mandiri penyintas bencana itu kini telah berdiri 38 rumah dengan model tapak dan panggung, kearifan lokal setempat. Model tradisional itu dikombinasikan dengan panel-panel Rumah Instan Sederhana dan Sehat (RISHA) yang tahan gempa yang dibuat sendiri oleh warga setempat dengan pendampingan Arkom dan PUPR. Iuran bulanan juga masih dijalankan warga setempat untuk pemenuhan kebutuhan kelompok di lokasi relokasi itu. 

"Memang setelah bencana itu kami bingung mau pindah di mana. Tapi bersyukur akhirnya kami mendapat tempat ini. Kami tidak sendiri, kami saling menguatkan, saling membantu, bekerjasama dengan baik, makanya kami sampai di titik ini.” Emilia, salah satu penyintas bencana mengatakan. 

Keberhasilan proyek itu telah mendorong perubahan kebijakan di level nasional yang memberi kesempatan ribuan orang untuk memutuskan bagaimana dan di mana mereka membangun kembali kehidupannya. World Habitat bekerja sama dengan UN-Habitat memberi penghargaan kepada proyek tersebut juga karena sejalan dengan semangat hak azasi manusia, yakni setiap orang, di mana pun memiliki hak dasar atas rumah yang aman dan terlindungi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya