Respons Pendeta Gilbert Lumoindong soal Cuitan Ferdinand Hutahean

Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jan 2022, 19:49 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2022, 19:14 WIB
Ferdinand Hutahaean (Foto: Instagram/@ferdinand_hutahaean)
Ferdinand Hutahaean (Foto: Instagram/@ferdinand_hutahaean)

Liputan6.com, Jakarta - Rohaniawan, Gilbert Lumoindong mengatakan, cuitan Ferdinand Hutahaean yang menyebut 'Allahmu lemah harus dibela, Allahku luar biasa tak perlu dibela' tidak mewakili umat Kristiani. Namun, ia meminta maaf kepada seluruh pihak apabila ada yang tersinggung dengan cuitan Ferdinand tersebut.

"Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan. Karena lepas dari apapun, kita kan satu umat. Mudah-mudahan yang merasa tersakiti dengan cuitan rekan saya Abang Ferdinand, kiranya saya meminta maaf, tak perlu diperpanjang lagi. Karena itu yang pasti bukan suara dari umat Kristiani," kata Gilbert saat dihubungi wartawan pada Rabu (5/1/2022).

Gilbert menyebut pernyataan 'Allahku luar biasa, Allah Maha Kuasa, maupun Allah Maha Segalanya' itu kalimat yang wajar dan normal. Menurut dia, bahasa itu seringkali dinyatakan di gereja, bahwa Allahku luar biasa.

"Dan saya percaya, setiap agama meyakini itu. Karena di Al-Kitab kami ada tulisan, orang benar akan hidup oleh iman. Itulah iman kami. Saya pikir iman dari setiap agama juga percaya bahwa Allah luar biasa, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Segalanya," jelas dia.

Menurut dia, apabila dibanding-bandingkan dengan agama lain apalagi disampaikan di ruang publik, maka hal itu bisa memicu konflik. Sebab, timbul pertanyaan jika ada kalimat Allahmu dan Allahku seperti cuitan Ferdinand itu seolah Tuhan ada berapa.

"Kenapa perlu ada Allahmu dan Allahku? Ini menjadi rancu, ini menciptakan sebuah pertanyaan Allah tuh ada berapa sebetulnya? Bukan soal Allahmu dan Allahku. Karena kalau kita bicara Allah itu kan esa, surga itu kan satu. Inilah yang ketika disampaikan di ruang publik, dan memakai kata ganti ‘mu’ dan ‘ku’ (Allahmu dan Allahku). Saya pikir ini mungkin yang menjadi awal konflik," ujarnya.

Karenanya Gilbert tidak menutup mata apabila ada pihak yang merasa tersakiti atau tersinggung dengan cuitan Ferdinand itu. Meskipun, kata dia, Ferdinand sudah menghapusnya dan menyampaikan klarifikasi permohonan maaf atas cuitannya tersebut. Maka dari itu, wajar jika ada pihak yang mengambil langkah hukum melaporkan Ferdinand.

"Orang yang merasa terzolimi, orang yang merasa tersakiti, terlukai itu ada salurannya. Nanti tinggal polisi mengarahkan, apakah baiknya diselesaikan damai atau ini ada unsur-unsur untuk diperpanjang (proses hukum). Saya pikir Polri harus profesional," ucapnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya