Liputan6.com, Palu - Skenario latihan penanganan pascagempa itu dimulai dengan gempa bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Kota Palu pada pukul 8.00 Wita yang membahas laporan kerusakan dan adanya korban di beberapa titik yang diterima Kantor Pencarian dan Pertolongan Kota Palu. Laporan itu menyebut Kelurahan Petobo menjadi titik terparah gempa gempa.
Baca Juga
Di lokasi kejadian, kendali pencarian dan terhadap para korban yang dipegang oleh Basarnas yang langsung menggelar operasi apel bersama potensi SAR lainnya seperti BPBD dan petugas medis. Tim-tim penyelamatpun dibentuk, posko kendali SAR dan RS darurat didirikan.
Advertisement
Selain menguji respons dan penanganan pascagempa oleh personel SAR, latihan dibekas lokasi likuefaksi juga ditempatkan pada koordinasi antara Basarnas dengan potensi SAR lainnya saat berada di lokasi kejadian.
“Kami membuat skenario latihan seperti kejadian bencana yang pernah terjadi di Palu tahun 2018 lalu. Ada warga yang kehilangan kehilangan anggota keluarganya dan ada yang terjebak direruntuhan bangunan,” Operasi Basarnas, Wurjanto mengatakan saat meninjau latihan itu.
Simak video pilihan berikut ini:
Kesiapan Personel di Tengah Potensi Bencana yang Tinggi
Dalam latihan itu 27 korban selamat berhasil dievakuasi sedangkan 3 orang hilang. Sejumlah penguji dari Basarnas tampak menyatukan dan menilai latihan itu.
Wurjanto bilang uji kesiapan personel itu penting dilakukan mengingat Kota Palu dan sekitarnya merupakan daerah dengan potensi bencana yang tinggi sehingga butuh respons cepat. Apa saja yang pernah mengalami bencana dahsyat karena gempa pada tahun 2018 lalu yang menelan korban.
Dari latihan itu evaluasi akan dilakukan terus menerus untuk memantapkan kesiapsiagaan personel menghadapi ancaman bencana termasuk peralatan pendukung.
“Personel diharapkan setiap saat siap menghadapi situasi apapun. Apalagi Kota Palu pernah mengalami bencana jadi diharapkan jika ada kejadian serupa sudah siap,” Wurjanto memungkasi.
Advertisement