Liputan6.com, Jakarta- Indonesia rawan bencana. Gempa bumi, tsunami, banjir, dan gunung meletus sering terjadi. Sayangnya, bencana alam seringkali diikuti oleh gelombang informasi yang menyesatkan atau hoaks. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kemampuan mendeteksi informasi palsu agar tidak mudah terpancing kepanikan dan menyebarkan informasi yang salah.
Bagaimana cara mengetahui informasi tersebut hoaks atau bukan? Informasi yang salah dapat berasal dari berbagai sumber, mulai dari pesan berantai di WhatsApp hingga unggahan di media sosial. Akibatnya, masyarakat bisa salah mengambil tindakan dan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan teliti dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan bencana.
Artikel ini akan memberikan panduan praktis untuk mendeteksi hoaks seputar bencana. Dengan meningkatkan literasi digital dan kemampuan berpikir kritis, kita dapat melindungi diri dari informasi yang menyesatkan dan mengambil langkah tepat saat terjadi bencana. Mari kita pelajari bersama bagaimana cara membedakan informasi yang benar dan salah.
Advertisement
Periksa Sumber Informasi: Kredibilitas dan Verifikasi
Langkah pertama dan terpenting adalah memeriksa kredibilitas sumber informasi. Percaya hanya pada sumber terpercaya seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Kesehatan, organisasi internasional seperti WHO dan UNICEF, serta media massa ternama dengan reputasi baik.
Jangan mudah percaya pada situs web atau akun media sosial yang tidak dikenal, anonim, atau memiliki nama domain yang mencurigakan.
Selalu verifikasi informasi yang mengklaim berasal dari lembaga tertentu. Jangan hanya mengandalkan informasi yang beredar di media sosial. Cek langsung ke situs web resmi, akun media sosial resmi, atau hubungi nomor telepon resmi lembaga terkait. Ini langkah penting untuk memastikan informasi yang Anda terima valid dan akurat.
Misalnya, jika ada informasi tentang peringatan tsunami, jangan langsung percaya sebelum mengeceknya di situs BMKG. Informasi yang valid dan terpercaya akan selalu memiliki sumber yang jelas dan dapat diverifikasi.
Advertisement
Analisis Isi Informasi: Fakta, Bukti, dan Konteks
Setelah memeriksa sumber, analisis isi informasi secara kritis. Waspadai judul yang provokatif, sensasional, atau menggunakan kata-kata yang berlebihan dan emosional. Berita kredibel biasanya ditulis dengan bahasa yang netral, lugas, dan profesional. Perhatikan juga kesalahan tata bahasa, ejaan, dan tanda baca yang menunjukkan kurangnya penyuntingan.
Periksa apakah informasi didukung fakta dan bukti yang dapat diverifikasi. Cari data, statistik, atau sumber rujukan yang mendukung klaim yang disampaikan. Informasi yang hanya berupa opini atau asumsi tanpa bukti kuat patut diragukan. Pastikan informasi konsisten dengan informasi dari sumber lain yang terpercaya. Perhatikan konteks; apakah informasi tersebut masuk akal dan sesuai dengan situasi terkini?
Jangan lupa periksa gambar dan video yang menyertai informasi. Gunakan pencarian gambar terbalik (reverse image search) untuk memverifikasi keasliannya. Periksa apakah gambar atau video tersebut telah digunakan dalam konteks berbeda sebelumnya. Perhatikan kualitas gambar atau video; apakah terlihat diedit atau dimanipulasi? Perhatikan juga tanggal publikasi. Informasi lama yang diunggah ulang dengan narasi baru bisa jadi hoaks.
Gunakan Alat Bantu Verifikasi
Manfaatkan alat bantu verifikasi untuk membantu mendeteksi hoaks. Gunakan layanan pencarian gambar terbalik seperti Google Images, TinEye, atau Yandex Images. Gunakan juga situs web pengecek fakta terpercaya seperti Turnitin, Snopes, FactCheck.org, atau situs serupa untuk memverifikasi klaim yang meragukan.
Alat-alat ini dapat membantu Anda menemukan informasi tambahan dan konteks yang relevan untuk menilai kebenaran informasi yang Anda terima. Dengan memanfaatkan teknologi, Anda dapat meningkatkan akurasi verifikasi informasi.
Advertisement
Berpikir Kritis dan Waspada
Gunakan akal sehat Anda. Jika suatu informasi terdengar terlalu bagus atau terlalu buruk untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar itu adalah hoaks. Pertimbangkan motivasi di balik penyebaran informasi tersebut. Apakah ada kepentingan tertentu yang terlibat?
Jangan langsung membagikan informasi sebelum Anda yakin akan kebenarannya. Penyebaran informasi palsu hanya akan memperkuat persebarannya dan dapat merugikan banyak orang. Bersikaplah bijak dan bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
Tingkatkan Literasi Bencana
Ikuti akun media sosial resmi dari lembaga pemerintah terkait bencana seperti BNPB, BMKG, dll. untuk mendapatkan informasi terkini dan terpercaya. Perbanyak literasi tentang berbagai jenis bencana sehingga Anda lebih mampu mengenali informasi yang benar dan memilah informasi yang salah.
Dengan meningkatkan literasi bencana, Anda akan lebih mampu menilai informasi yang Anda terima dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi palsu. Kemampuan ini sangat penting untuk melindungi diri dan keluarga dari dampak negatif hoaks.
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
