Liputan6.com, Pekanbaru - Usianya sudah 11 tahun. Namun, Riska tidak pernah mengeyam pendidikan formal. Keterbatasan ekonomi menjadi penyebab. Ayahnya hanya tukang kebun, sementara ibunya pengamen.
Untuk membantu orangtuanya, Riska bahkan melakoni menjadi badut pengamen. Pendidikan formal baginya hanya sebatas angan.
Advertisement
Baca Juga
Keadaan ini membuat Brigadir Kepala Donni Malindo terenyuh ketika berbincang dengan Riska di pinggir jalan lintas Pematang Reba, Kabupaten Indragiri Hulu.
Sejak itu, Donni berjanji akan menyekolahkan Riska agar bisa mewujudkan cita-citanya menjadi dokter. Kini, Riska sudah terdaftar sebagai murid di Sekolah Dasar Negeri 013 Rengat.
Donni merupakan polisi lalu lintas di Polsek Lirik, Polres Indragiri Hulu. Dia juga memberikan perlengkapan sekolah untuk Riska, mulai dari tas, seragam sekolah, sepatu, dan peralatan belajar lainnya.
"Riska ini tinggal di Kelurahan Pematang Reba, Kecamatan Rengat Barat," kata Donni, Jumat petang, 15 Juli 2022.
Donni menceritakan, Riska masuk sekolah pada pekan lalu. Umurnya yang belasan tahun sempat menjadi perdebatan pihak sekolah tapi Donni berhasil meluluhkan hati tenaga pendidik di sana.
Bagi Donni, sudah menjadi hak setiap warga negara merasakan pendidikan. Hal itu diatur dalam konstitusi sehingga tidak ada alasan bagi warga tidak diterima di lembaga pendidikan, apalagi milik negara.
"Riska ini kan umurnya sudah sebelas tahun masuk SD, pihak sekolah berembuk dan Alhamdulillah diterima," ujar Donni.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Dokter
Hari pertama sekolah Riska, Donni langsung mengantarkan. Donni kemudian menitipkan Riska agar guru menjaga dan mengawasi mengingat besarnya badannya Riska dalam memulai pendidikan dari awal.
"Riska sudah sebelas tahun, tentu lebih besar dari anak-anak lainnya, takutnya nanti dia diejek-ejek sama temannya yang lain, jadi kami harap guru mengawasi muridnya," kata Donni.
Sebelum masuk sekolah, Donni meluangkan waktunya untuk membawa Riska ke toko perlengkapan sekolah. Riska sangat senang ketika menerima tas, sepatu, seragam, dan perlengkapan sekolah lainnya.
Kepada Donni, Riska berujar ingin menjadi seorang dokter. Mendengar itu, Donni berpesan agar Riska belajar dengan baik dan menghormati guru agar menjadi orang yang sukses.
"Mudah-mudahan cita-citanya jadi dokter terwujud di kemudian hari," ucap Donni.
Sebelumnya, Donni bertemu dengan Riska di pinggir jalan lintas Pematang Reba di Inhu, beberapa bulan lalu. Riska saat itu menggunakan kostum pengamen badut bersama ibunya.
"Waktu itu saya jalan sama istri melihat pengamen badut, setelah saya hampiri, ternyata dia anak perempuan yang didampingi ibu kandungnya," cerita Donni.
Advertisement
Tidak Mampu
Kepada Donni, Riska mengaku tak bisa sekolah karena harus mencari uang dengan menjadi pengamen badut.
Donni pun kaget, karena masih ada anak yang tidak bersekolah. Tanpa pikir panjang, ia menawarkan bantuan biaya agar anak itu bisa masuk sekolah.
"Alhamdulillah, ibunya merespon dengan baik dan bersedia anaknya saya sekolahkan," ucap Donni.
Dia mengatakan, anak tersebut lahir dari keluarga tidak mampu. Keterbatasan biaya itu menjadi alasan ibunya tidak mampu menyekolahkan anaknya.
"Suaminya bekerja jaga kebun, sedangkan ibu itu cari uang sampingan dengan cara membawa anaknya jadi pengamen badut, penghasilannya hanya sekitar Rp500.000 per bulan," sebut Donni.
Keesokan harinya, Donni datang ke rumah orangtua Riska untuk mengambil KK dan KTP untuk syarat daftar sekolah dasar.
Â
Simak video pilihan berikut ini: