Pantas Hujan Terus, Terdeteksi Satelit Ada Hotspot Hujan di Jabar!

Ada empat hotspot utama hujan di Jawa Barat, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Gunung Burangrang, dan Gunung Tangkuban Parahu.

oleh Dikdik RipaldiArie Nugraha diperbarui 20 Okt 2022, 08:33 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 08:33 WIB
Cuaca Ekstrem Melanda Jakarta
Pengendara motor menggunakan jas hujan saat hujan deras mengguyur kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (31/5/2022). Potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Indonesia pada hari ini dipengaruhi oleh kemunculan bibit siklon tropis 92S di Samudera Hindia selatan Jawa Barat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Bandung - Hujan hampir setiap hari terjadi dan bersifat persisten atau berlanjut dari siang hingga malam bahkan tengah malam di sejumlah kawasan di Jawa bagian barat.

Mengapa hujan masih intensif terjadi setiap hari di wilayah Jawa bagian barat sepanjang bulan Oktober 2022? Kawasan Jawa Barat yang dimaksud termasuk wilayah Banten dan Jabodetabek.

Padahal kata Peneliti klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, di belahan bumi utara Samudra Pasifik, saat ini terbentuk setidaknya empat rangkaian bibit siklon tropis.

"Dampakya menarik awan-awan konvektif di atas wilayah Indonesia sehingga sebagian besar wilayah di selatan dan tenggara Indonesia saat ini minim awan," ujar Erma kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (20/10/2022).

Menurut Erma, minimnya awan tidak menyebabkan frekuensi hujan harian menjadi berkurang untuk wilayah Jawa Barat. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa lokasi yang menjadi hotspot hujan di Jawa Barat. 

Hotspot hujan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa pada lokasi tersebut titik permulaan hujan terbentuk sekaligus bersifat menjalarkan atau meluaskan hujan ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

 

Dataran Tinggi Pegunungan

Seperti diketahui, wilayah Jawa Barat bagian selatan merupakan dataran tinggi yang terdiri dari banyak gunung. 

"Topografi pegunungan di selatan Jabar inilah saat ini yang memiliki peran menjadi hotspot hujan dengan penguatan yang signifikan dalam menghasilkan hujan yang memanjang dan meluas ke utara," kata Erma. 

Berdasarkan pantauan terhadap data hujan dari Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA) resolusi tinggi (1 km), terdapat setidaknya empat hotspot utama hujan di Jawa Barat, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Gunung Burangrang, dan Gunung Tangkuban Parahu. 

Gunung Salak dan Gede menjadi hotspot hujan yang berperan dalam menghasilkan hujan dan segera bermigrasi atau meluas ke utara yaitu ke wilayah Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. 

Tak jarang hujan yang dihasilkan dari kedua gunung tersebut mengalami penggabungan sehingga membentuk suatu sistem badai yang besar dan luas.

"Ketika badai tersebut menjalar ke utara (Depok dan Jakarta), sistem tersebut kembali bergabung dengan hujan dari pesisir barat Banten sehingga menimbulkan perluasan dan penggandaan sel hujan. Inilah yang membuat hujan persisten (menerus) hingga malam hari," jelas Erma.

Demikian pula yang terjadi dengan hotspot hujan Burangrang dan Tangkuban Parahu yang juga berperan dalam perluasan area hujan peningkatan intensitas dan durasi bagi hujan di wilayah Purwakarta dan Bandung. 

Hujan di Purwakarta sering meluas dan menjalar menuju Karawang, Cikarang, bahkan hingga ke Pamanukan. 

 

Hotspot Hujan Tangkuban Perahu

Sementara itu, hujan dari hotspot Tangkuban memodulasi hujan di Bandung yang dapat mengalami perluasan hingga wilayah di Cimahi, Padalarang, Cileunyi, dan selatan Bandung. 

"Hal ini membuat Bogor dan Bandung berpotensi menjadi dua wilayah di dekat pegunungan yang saat ini mengalami hujan terus menerus dan tak jarang sedang hingga lebat karena efek aliran hujan dari pegunungan terdekat yang menjadi hotspot hujan," ucap Erma.

Untuk kondisi yang minim awan di selatan Indonesia pun, hotspot utama tersebut tetap berperan penting dalam mengonsentrasikan dan mendistribusikan hujan di Jawa Barat. 

Caranya yaitu dengan meningkatkan intensitas hujan dari hujan ringan atau sedang menjadi hujan lebat melalui pembentukan awan konvektif kuat (deep convective cloud) yang berpotensi membangkitkan badai. 

Selain itu, pegunungan tersebut juga berperan dalam memicu gelombang gravitas di atmosfer sehingga penjalaran hujan terjadi lebih cepat, yang memungkinkan penggabungan banyak sel-sel hujan menjadi satu sistem badai berskala meso atau radius puluhan hingga kurang dari 100 km. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya