Liputan6.com, Ambon - Dansa tali merupakan tarian yang mengacu pada gerakan-gerakan dasar tari orlapei dan tari katreji. Tari orlapei dan katreji merupakan peninggalan budaya bangsa Eropa kepada Maluku.
Saat itu, masyarakat sangat terbuka terhadap budaya luar, sehingga budaya lain sangat mudah masuk dan diterima masyarakat. Mengutip dari warisanbudaya.go.id, dansa tali bermula dari dua anggota KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda), yakni Marthen Thenu dan Benjamin Talahatu.
Pada 1950-an, setelah menjadi anggota KNIL, mereka kembali ke kampung halamannya, yakni Negeri Rutong. Mereka bermaksud mengabdikan diri untuk pembangunan negeri.
Advertisement
Baca Juga
Dengan semangat ketentaraan dan disiplin yang masih melekat, mereka kemudian memiliki gagasan untuk mengembangkan negeri melalui bidang kesenian yaitu seni tari. Tari dansa tali pun akhirnya diciptakan dengan mengacu pada gerakan-gerakan dasar tari orlapei dan tari katreji.
Tarian-tarian tersebut terlihat memiliki kesamaan dasar dan memiliki model seperti waltz dan polka. Pada formasi tertentu, terdapat ragam musik mars atau marcia.
Selain itu, tarian ini juga mengacu pula pada tatanan adat masyarakat negeri Rutong yang terlihat dalam beberapa formasi tariannya. Saat awal diciptakan, tarian dansa tali dimainkan oleh jujaro (pemudi) dan mungare (pemuda).
Seiring berjalan waktu, tarian ini semakin diminati oleh anak-anak muda Negeri Rutong Ambon. Hingga saat ini, tarian ini sudah merambah ke generasi anak-anak sekolah dasar.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tari Kreasi Baru
Tarian dansa tali bisa dikatakan sebagai tarian kreasi baru hasil akulturasi budaya Eropa dan budaya lokal. Gerakan-gerakan yang dihasilkan merupakan perpaduan antara gerak kombinasi tarian Eropa yang berirama gembira dan penuh semangat.
Adapun nama dansa tali merujuk pada kata dansa dan tali. Dansa berarti menari, sedangkan tali yaitu sebuah benda yang berfungsi untuk mengikat sesuatu. Sesuai namanya, tarian ini menggunakan tali sebagai kelengkapan tarian.
Dalam pementasannya, tarian ini dipimpin oleh seorang pemandu dengan menggunakan lefrit. Lefrit berfungsi sebagai alat bantu dalam memberi komando kepada para penari.
Pemandu ini berfungsi seperti wasit yang menjaga para penari agar tidak salah dalam gerakan. Setiap pergantian gerakan dan formasi akan ditandai dengan bunyi lefrit oleh pemimpin. Selain lefrit, irama musik juga berfungsi dalam pergantian gerakan.
Sementara itu, gerak penari bertumpu pada sebuah tali yang diikat di atas tiang yang telah disiapkan. Para penari berkoordinasi dan saling memperhatikan pasangan lainnya agar tidak salah dalam membuat simpul tali.
Jika penari salah dalam mengikuti petunjuk pemandu dan tidak memperhatikan pasangan lainnya, maka simpul bisa salah. Jika simpulnya salah, dalam proses membuka tali pun akan salah sehingga tali tidak bisa terbuka sampai ke atas.
Â
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement