Liputan6.com, Jakarta - Tradisi Dama Nyili-Nyili adalah salah satu warisan budaya yang masih lestari di Kesultanan Tidore, Maluku Utara. Tradisi ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi memiliki makna mendalam sebagai simbol semangat kebersamaan, persatuan, dan kedaulatan wilayah Kesultanan Tidore.
Kata Dama Nyili-Nyili sendiri memiliki arti perjalanan berkeliling wilayah kekuasaan sambil membawa obor dan bendera, yang melambangkan penerangan dan keberanian dalam menjaga eksistensi Kesultanan Tidore. Tradisi ini telah dilakukan selama berabad-abad, diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari identitas masyarakat Tidore.
Secara historis, Dama Nyili-Nyili bermula dari zaman kejayaan Kesultanan Tidore, yang memiliki wilayah kekuasaan yang luas, mencakup sebagian besar Maluku dan Papua bagian barat.
Advertisement
Baca Juga
Sebagai bentuk penguatan kedaulatan dan ikatan persaudaraan, para pemimpin dan masyarakat Tidore secara rutin mengadakan perjalanan ke wilayah-wilayah yang berada di bawah pengaruh kesultanan. Dengan membawa obor dan bendera kesultanan, mereka mengunjungi desa-desa yang tersebar di pulau-pulau sekitar.
Selain sebagai bentuk penegasan kekuasaan, tradisi ini juga berfungsi sebagai upaya mempererat hubungan sosial antara masyarakat Tidore dengan penduduk di wilayah-wilayah tersebut.
Proses pelaksanaan tradisi ini biasanya diawali dengan upacara adat di pusat Kesultanan Tidore, di mana Sultan, para bobato (pemuka adat), serta masyarakat berkumpul untuk berdoa dan mempersiapkan perjalanan. Setelah ritual awal, rombongan yang terdiri dari tokoh adat, pemuda, dan masyarakat umum akan mulai berkeliling membawa obor dan bendera.
Perjalanan ini dilakukan dengan penuh khidmat, diiringi lantunan doa dan syair-syair khas yang berisi pesan kebersamaan dan kejayaan Tidore. Selama perjalanan, rombongan akan singgah di berbagai wilayah, di mana mereka disambut dengan prosesi adat setempat yang menambah kemeriahan acara.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Pelestarian
Penduduk setempat juga akan ikut bergabung dalam iring-iringan, menjadikan tradisi ini sebagai momentum kebersamaan yang sangat dinantikan. Selain memiliki nilai historis, Dama Nyili-Nyili juga mengandung pesan simbolis yang sangat kuat.
Obor yang dibawa dalam prosesi melambangkan cahaya yang menerangi jalan persatuan dan kebersamaan, sedangkan bendera merupakan lambang identitas dan kejayaan Kesultanan Tidore. Dengan mengibarkan bendera di berbagai wilayah, tradisi ini menegaskan bahwa ikatan antara Tidore dan daerah-daerah yang pernah berada dalam kekuasaannya tetap kuat, meskipun zaman terus berubah.
Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan persatuan yang diwariskan nenek moyang masih sangat relevan hingga saat ini. Dalam konteks modern, Dama Nyili-Nyili tidak hanya menjadi ritual kebudayaan, tetapi juga memiliki dampak sosial yang besar.
Tradisi ini menjadi ajang mempererat hubungan antargenerasi dan antarwilayah, membangun kesadaran sejarah, serta memperkuat identitas masyarakat Tidore. Di tengah arus globalisasi yang sering kali mengikis nilai-nilai tradisional, pelestarian Dama Nyili-Nyili menjadi bentuk perlawanan budaya yang positif.
Pemerintah daerah dan masyarakat setempat pun terus berupaya menjaga keberlangsungan tradisi ini dengan berbagai cara, seperti melibatkan generasi muda dalam prosesi, mengadakan festival budaya, serta mendokumentasikan sejarahnya agar tetap dikenal oleh generasi mendatang.
Keunikan dan nilai luhur yang terkandung dalam Tradisi Dama Nyili-Nyili menjadikannya sebagai salah satu kekayaan budaya Nusantara yang patut dibanggakan.
Tidak hanya sebagai bagian dari identitas masyarakat Tidore, tetapi juga sebagai cerminan bagaimana budaya lokal dapat menjadi alat pemersatu dan perekat sosial yang kuat.
Dengan menjaga dan mengembangkan tradisi ini, masyarakat Tidore tidak hanya melestarikan warisan leluhur mereka, tetapi juga memberikan inspirasi bagi daerah lain untuk tetap menghargai dan menjaga budaya mereka masing-masing.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement
