Cuci Negeri, Upacara Pembersihan Negeri dan Diri di Negeri Soya

Selain rutin dilaksanakan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ambon juga telah memasukkan upacara cuci negeri ke dalam kalender event pariwisata Kota Ambon pada 2019

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Des 2022, 00:00 WIB
Diterbitkan 08 Des 2022, 00:00 WIB
pattimura
Monumen Pahlawan Nasional Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura di kawasan Pattimura Park, Lapangan Merdeka Ambon, Maluku. (Liputan6.com/Abdul Karim)

Liputan6.com, Ambon - Upacara cuci negeri merupakan tradisi yang telah lama berkembang di Negeri Soya. Upacara ini telah dilakukan sejak zaman datuk-datuk yang mendiami negeri Soya hingga sekarang.

Cuci negeri berarti membersihkan negeri dari segala kotoran. Upacara ini juga dimaksudkan untuk membersihkan hati dan pikiran masyarakat yang mendiami Negeri Soya.

Mengutip dari ambon.go.id, upacara cuci negeri masyarakat Soya dilakukan setiap tahunnya pada minggu kedua Desember. Upacara ini juga dilakukan dengan serangkaian acara adat lainnya, seperti pembersihan negeri, naik ke Gunung Sirimau, upacara adat cuci negeri, cuci air (Wai Werhalouw dan Unuwei), dan masuk kain gandong.

Sebenarnya, upacara ini bukan hanya berdasar kepada warisan secara turun-temurun, melainkan juga dengan maksud untuk memelihara dan menghidupkan nilai-nilai positif. Masyarakat meyakini hal tersebut penting untuk selalu diingat oleh generasi yang akan datang.

Upaya pelestarian upacara ini pun terus dilakukan. Selain rutin dilaksanakan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Ambon juga telah memasukkan upacara cuci negeri ke dalam kalender event pariwisata Kota Ambon pada 2019.

Pada 2020, Pemerintah Kota berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat agar tradisi cuci negeri Soya dimasukkan dalam kalender event nasional. Dalam pelaksanaannya, upacara adat cuci negeri Soya dipimpin langsung oleh Upulatu (Raja) Soya.

Sementara itu, dipilihnya Desember sebagai pelaksanaan upacara ini karena mereka meyakini Desember adalah saat permulaan musim barat. Bertiupnya angin barat muncul setelah musim timur yang merupakan musim hujan.

Umumnya, saat musim timur, curah hujan sangat tinggi, sehingga menyebabkan tanah longsor, kerusakan rumah, kerusakan properti, sumur-sumur yang kotor, dan sebagainya. Setelah musim timur usai dan berganti dengan musim barat, barulah upacara ini digelar untuk mempersihkan dan memperbarui lingkungan.

Pembersihan negeri dan pembersihan ini disimbolkan dalam bentuk mencuci tangan, kaki, dan muka di air Wai Werhalouw dan Unuwei. Sebelum upacara dilakukan, dilaksanakan rapat saniri sebagai persiapan yang wajib diikuti seluruh masyarakat desa sesuai dengan perintah raja yang diumumkan oleh tetua adat.

Upacara cuci negeri telah menjadi tradisi tahunan masyarakat Soya dari tahun ke tahun. Pelaksanaannya bukan sekadar warisan budaya, melainkan juga untuk memelihara dan menghidupkan nilai-nilai positif kepada tiap generasi.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya