Mengenal Gambuh, Cikal Bakal Tari Bali

Diperkirakan Gambuh sudah ada di Bali pada abad XV atau sesudahnya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Feb 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 00:00 WIB
Gambuh Desa Bungkulan
Gambuh Desa Bungkulan. (dok. warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Liputan6.com, Bali - Bali tak hanya populer karena keindahan alam dan pariwisatanya, tetapi juga budaya dan tradisi. Kesenian tradisi Bali yang banyak diminati sebagian besar berkutat pada drama dan tari.

Mengutip dari beberapa sumber, di balik banyaknya kesenian tradisi di Bali, ada seni yang paling tua, yakni gambuh. Gambuh merupakan tarian yang terkadang lucu dan keras, kasar dan sengit, dan terkadang dilakonkan oleh penari lanjut usia dengan keanggunan yang menghanyutkan tetapi tetap terkendali.

Gambuh juga menyimpan hal menarik lainnya, salah satunya dianggap sebagai sumber tari Bali. Pada 2017 lalu, Prof Dr I Made Bandem MA mengatakan, Gambuh merupakan dramaturgi yang paling tua dan dianggap sebagai sumber tari Bali.

Namun, awal mula tepatnya kehadiran Gambuh di Bali sulit untuk diketahui. Meski demikian, diperkirakan Gambuh sudah ada di Bali pada abad XV atau sesudahnya.

Jika dihubungkan dengan peristiwa sejarah runtuhnya Majapahit pada pertengahan abad ke-XV ketika khazanah sastra Jawa termasuk cerita Panji diboyong ke Bali, kesenian Gambuh diperkirakan muncul di Bali sekitar abad ke- XV. Menurut Bandem, sebelum adanya Gambuh, Bali tidak memiliki tarian.

Tarian yang ada sebelum lahirnya Gambuh digolongkan dalam tari sakral yang hanya ditampilkan di tempat ibadah sebagai ritual keagamaan. Selain itu, tak ada persiapan latihan secara khusus untuk sebuah pementasan.

Sementara itu, Gambuh merupakan seni pentas yang berbentuk teater. Meskipun unsur seni tarinya lebih dominan, tetapi juga terdapat unsur-unsur seni lainnya, seperti seni tabuh, seni sastra, seni dialog, seni rupa, dan seni rias.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Harmonis dan Indah

Semua unsur tersebut berpadu secara harmonis dan indah. Pementasan Gambuh dilakukan di sebuah area yang dinamakan Kalangan berbentuk segi empat. Sebagai pemisah antara penari dan penonton, terdapat bambu yang biasa disebut tangluk.

Pementasan Gambuh untuk upacara adat biasanya dimulai pada pukul 09.00 dan berlangsung hingga tengah hari. Gambuh termasuk tari sakral yang menunjang jalannya upacara, tetapi pada malam hari Gambuh difungsikan sebagai hiburan.

Pertunjukan Gambuh biasanya dimainkan oleh 25-40 penari laki-laki dan perempuan. Cerita Gambuh dibagi menjadi beberapa episode dengan struktur naratif dan dramatik yang memikat.

Gambuh juga didukung dengan berbagai karakter, seperti karakter halus dengan tokoh Rangkesari dan Panji, karakter keras para patih Arya dan Prabangsa, ataupun karakter lucu Demang Tumenggung. Setiap tokoh memiliki gending iringan tersendiri yang dipimpin suling panjang berukuran 90 cm.

Lakon utama Gambuh ialah cerita Panji yang mengisahkan kehidupan, romantika, dan peperangan dari kerajaan di Jawa Timur pada abad XII hingga XIV. Sesuai dengan nama tokoh sentralnya Panji Amalat Rasmi, masyarakat Bali menyebut cerita tersebut dengan Malat. Sementara itu, seni pertunjukan yang bersumber dari Gambuh, di antaranya wayang Gambuh, Arja, Topeng, Calonarang, dan lainnya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya