Viral Awan Topi Muncul di Langit Natuna, Begini Penjelasan BMKG

Penampakan awan langka terlihat di langit Ranai, Kabupaten Nanuta, Provinsi Kepri. Ada apa?

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 08 Mei 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2023, 11:00 WIB
awan topi
Penampakan awan langka terlihat di langit Ranai, Kabupaten Nanuta, Provinsi Kepri. (Liputan6.com/ BPBD Kepri)

Liputan6.com, Natuna - Penampakan awan langka terlihat di langit Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Minggu sore kemarin (7/5/2023). Foto awan langka itu pun viral dan menyebar luas di media sosial.

Kepala Bidang Kedaruratan Dan Logistik BPBD Natuna, Zulheppy, membenarkan adanya penampakan awan langka tersebut. Dirinya mengatakan, awan itu terlihat sekitar pukul 15.00 WIB sampai malam hari.

Zulheppy menyebut, awan berbentuk pusaran itu dapat diamati dengan jelas dari permukiman warga di Ranai, sehingga banyak di antara mereka yang mengabadikan momen langka tersebut dengan telepon genggam lalu disiarkan ke berbagai platform media sosial.

"Foto dan video awan ini sempat viral di media sosial. Apalagi baru pertama kali terjadi di Natuna," ucap Zulheppy.

Terkait fenomena itu, Forcester BMKG Ranai, Reza Pahlevi, menyampaikan kejadian awan berbentuk seperti topi tersebut menjadi fenomena alam yang langka.

"Awan ini adalah awan Lenticularis atau biasa disebut awan topi," katanya.

Menurutnya awan ini biasanya terbentuk oleh gelombang gunung yang dipicu oleh aliran angin cukup kencang yang berembus dari suatu sisi gunung.

Kemudan angin bergerak horizontal tersebut melewati dinding pegunungan, hingga menyebabkan defleksi yang membentuk gelombang gunung terjadi di sisi gunung lainnya.

"Awan Lenticularis menunjukkan turbulensi vertikal atau angin yang kuat. Jadi berbahaya untuk penerbangan rendah di sekitar awan," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Proses Terjadinya Awan Lenticularis

Reza juga mengatakan, awan Lenticularis mulai terbentuk ketika arus angin yang mengalir sejajar dengan permukaan bumi menemui hambatan dari objek tertentu, seperti pegunungan. Akibat hambatan tersebut, arus udara naik tegak lurus ke puncak awan.

Dia menjelaskan saat udara naik banyak mengandung uap air dan stabil. Saat suhu titik embun tercapai di puncak gunung, uap air mulai mengembun menjadi awan yang mengikuti kontur puncak gunung. Saat udara mengalir turun dari puncak gunung, proses kondensasi berhenti.

"Oleh karena itu, awan Lenticularis tampak tidak bergerak, karena awan mulai terbentuk dari sisi arah angin ke puncak gunung, dan kemudian menghilang ke sisi bawah angin," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya