Menengok Limbah Kulit Udang Diolah jadi Kitosan hingga Mempunyai Nilai Ekonomi di Medan

Kini, limbah kulit udang bisa diolah menjadi kitosan hingga mempunyai nilai ekonomi. Hal ini dibuktikan Kelompok Pekerja Mandiri Amanah (Pemanah) binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Fuel Terminal (FT) Medan Grup.

oleh Reza Efendi diperbarui 10 Jun 2023, 16:27 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2023, 16:27 WIB
Kitosan
Limbah Kulit Udang Diolah jadi Kitosan hingga Mempunyai Nilai Ekonomi

Liputan6.com, Medan Kini, limbah kulit udang bisa diolah menjadi kitosan hingga mempunyai nilai ekonomi. Hal ini dibuktikan Kelompok Pekerja Mandiri Amanah (Pemanah) binaan PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Fuel Terminal (FT) Medan Grup.

Kelompok Pemanah ini melakukan kegiatannya di Kelurahan Pekan Labuhan, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut). Ketua Kelompok Pemanah, yang merupakan warga Pekan Labuhan, Syahrizal, mengatakan, sejak berhasil membuat kitosan dipertengahan 2022, pihaknya telah berhasil mengolah limbah kulit udang sebanyak 144 Kilogram (Kg) setiap 6 bulan.

"Ya, rata-rata 24 Kilogram kulit udang per bulan yang berhasil diolah. Alhamdulillah, ada pemasukkan tambahan sekitar Rp 5.600.000 per bulan," kata Syahrizal, Sabtu (10/6/2023).

Kitosan merupakan zat anti bakteri, efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini disebabkan karena kitosan memiliki polikation alami yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang.

"Kitosan adalah bahan pengawet alami. Karena itu, kitosan dapat diaplikasikan terhadap produk ikan selain garam, dan produk pindang sebagai pengganti formalin," terang Syahrizal.

Dijelaskannya, proses pembuatan kitosan dari kulit udang, yaitu kulit udang direbus dalam suhu 80 hingga 90 derajat Celcius, dengan campuran beberapa bahan seperti Hcl dengan konsentrasi 37 persen, NaOH 40 gram/L dan 60 ml HaOH untuk mendapatkan senyawa kitin. Kemudian dikeringkan menggunakan oven dan digiling sehingga menjadi bubuk kitosan.

"Produk bubuk kitosan saat ini dijual kepada pengusaha pengopekan udang dan digunakan sebagai bahan pengawet alami makanan," ujarnya.

 

Kembangkan Alat Pembuat Kitosan

Kitosan
Kitosan merupakan zat anti bakteri, efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini disebabkan karena kitosan memiliki polikation alami yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang

Diungkapkan Syahrizal, saat ini kelompoknya sedang mengembangkan alat pembuat kitosan yang dapat mempersingkat waktu produksi. Nantinya, alat yang mereka buat mampu menampung kurang lebih 10 Kg limbah kulit udang basah dalam sekali produksi.

"Tentunya, mempersingkat waktu produksi dari dua hari menjadi empat jam," ungkapnya.

Kelompok Pemanah beranggotakan 15 orang, yang berlatar belakang sebagai tunakarya dan pekerja harian lepas. Mereka diberdayakan karena memiliki potensi dan semangat untuk mengubah citra perkampungannya menjadi lebih baik dan positif.

Program ini berlokasi di sekitar wilayah Ring I FT Medan Group, yaitu Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Pada tahun ini program kitosan mempunyai target menambah produksi dan pengembangan side produk menjadi bahan hand sanitazier, edibel coating dan pembalut luka pada penderita diabetes, sehingga dapat menambah nilai ekonomi bagi kelompoknya.

Sebelumnya para pengupas kulit udang di Kelurahan Pekan Labuhan hanya menjadikan limbah tersebut menjadi pakan ternak. Terkadang menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan, karena dibuang begitu saja.

Namun, sejak adanya program kitosan ini dapat merubah pola pikir warga di Pekan Labuhan. Dalam menjalankan program ini, Tim CSR Fuel Terminal Medan Group juga menggandeng mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

Pengembangan dari Program CSR

Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria
Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria (kanan) (Reza Efendi/Liputan6.com)

Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria mengatakan, program kitosan ini merupakan pengembangan dari program CSR sebelumnya yaitu, Pekan Labuhan Bestari (Pelari).

"Ini merupakan komitmen kelompok binaan CSR FT Medan Group untuk terus kolaborasi dan berinovasi. Sebelumnya menerapkan inovasi ecoenzym pada program Pelari, dan saat ini mengembangkan kitosan,” Satriamenuturkan.

Program kitosan ini mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Deveopment Goals (SDGs) nomor 12 tentang pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.

"Ke depan kami berharap program ini dapat terus mendukung SDGs nomor 12 dan Environmental, Social, & Governance (ESG) dalam menciptakan masyarakat tangguh lewat program pemberdayaan ekonomi," Satria menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya