Benih Unggul dan Bioteknologi Jadi Andalan Indonesia Jadi Lumbung Pangan

Pemerintah menargetkan Indonesia jadi lumbung pangan di 2045 mendatang. KTNA optimis hal tersebut bisa terealisasi.

oleh Asep Mulyana diperbarui 07 Sep 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2023, 19:00 WIB
KTNA Optimistis Indonesia Bakal Jadi Lumbung Pangan di 2045, Asalkan Perhatikan Ini
Ilustrasi areal pesawahan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Foto (Liputan6.com/Asep Mulyana)

Liputan6.com, Purwakarta - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), optimistis target pemerintah guna menjadikan Indonesia sebagai negara lumbung pangan pada 2045 mendatang bisa terealisasi. Apalagi, sejumlah beberapa provinsi sudah diproyeksikan menjadi sentra pertanian.

Ketua KTNA Nasional, Yadi Sofyan Noor mengatakan bahwa , pemerintah masih punya waktu 23 tahun lagi guna mewujudkan rencana tersebut. Menurut dia, waktu tersebut sangat cukup untuk memaksimalkan fokuskan perhatian ke wilayah yang ditunjuk menjadi sentra pertanian itu. Sentra pertanian tersebut berada di Sulawesi, Sumatera serta Kalimantan.

"Kami sangat yakin, target Indonesia menjadi lumbung pangan pada 2045 nanti bisa terealisasi. Petani Indonesia saat ini sudah dikenalkan dengan teknologi mulai dari teknik budidaya hingga pasca panen. Termasuk, pemanfataan benih unggul berkualitas dan juga benih bioteknologi," ujar Yadi di Purwakarta.

Menurut dia, komponen-komponen inilah yang membuat jajarannya optimistis untuk menjadikan Indonesia sebagai negara lumbung pangan di kemudian hari. Tapi di sisi lain, tantangan yang mesti dihadapi dunia pertanian juga semakin besar.

Salah satu tantangannya, yakni perubahan iklim yang semakin nyata. Mulai dari siklus musim yang berubah, hingga kemunculan berbagai penyakit yang membuat tanaman pangan kurang optimal berproduksi. Kondisi ini bisa mempengaruhi sektor pertanian menjadi sulit berkembang. Karena itu, lanjut dia, para ilmuwan terus berupaya menciptakan berbagai solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia, di tengah ancaman krisis iklim tersebut. Salah satunya melalui intensifikasi pertanian termasuk pemanfaatan benih bioteknologi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bioteknologi Jadi Solusi

Sementara itu, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) BRIN, Tri Joko Santoso mengatakan, bioteknologi merupakan salah satu jawaban atas masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia pertanian.

"Kami, dari BRIN berupaya memanfaatkan bioteknologi yang tujuannya adalah untuk perakitan varietas unggul," ujarnya.

Salah satu varietas tanaman yang tengah diteliti oleh BRIN saat ini adalah bawang merah dengan fokus perhatian pada akselerasi perakitan varietas unggul bawang merah berbasis bioteknologi menghadapi dampak perubahan iklim. Bioteknologi ini ditujukan untuk perbaikan sifat tertentu. Misalnya tahan terhadap penyakit, produktivitas tinggi dan lainnya. Bioteknologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah marka molekuler sebagai alat untuk seleksi klon-klon bawang merah yang membawa sifat yang diinginkan.

Jadi, varietas hasil seleksi molekuler ini nanti aman untuk dibudidayakan. Sehingga, petani bisa menggunakan varietas bawang merah yang sudah ada sentuhan bioteknologinya itu.

"Bioteknologi aman dan sangat diperlukan, bukan hanya oleh petani, tetapi juga oleh peneliti atau pemulia dalam merakit varietas. Petani memanfaatkan varietas yang dihasilkan oleh peneliti atau pemulia," tegas Tri Joko Santoso. Contoh lain keunggulan benih bioteknologi adalah benih jagung yang memiliki keunggulan ganda yaitu tahan penggerek batang dan juga herbisida. Dengan keunggulan ganda tersebut, varietas jagung ini akan membuat petani dapat menekan ongkos produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.

Pasalnya, jagung bioteknologi ini dapat meningkatkan hasil sekitar 10-15 % dibandingkan varietas sama yang non bioteknologi, sehingga apabila ditanam secara luas dapat mendongkrak panen jagung dari rata-rata nasional sebesar 5,3 ton per hektar menjadi sekitar 7 ton per hektar. Benih jagung bioteknologi telah digunakan oleh petani di sejumlah negara di dunia sejak tahun 1990-an. Di Indonesia, varietas jagung ini telah mendapatkan sertifikasi aman pangan, pakan, dan lingkungan oleh BPOM, Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Keberadaan varietas jagung bioteknologi ini akan membuat akses petani Indonesia terhadap benih unggul akan sama dengan petani di luar negeri sehingga diharapkan produktivitas jagung dan daya saing petani Indonesia tak akan kalah dari petani negara lain serta target agar Indonesia menjadi lumbung pangan pada 2045 tercapai.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya