Ilmuwan Temukan Fosil yang Dapat Ubah Teori Ukuran Manusia Purba

Ukuran fosil ini bahkan lebih kecil dibandingkan manusia purba terkenal seperti “Lucy” (Australopithecus afarensis) dan “Hobbit” (Homo floresiensis). Ukuran tubuh yang kecil membuat Paranthropus robustus rentan terhadap predator besar yang hidup di sekitar Gua Swartkrans, seperti kucing bertaring tajam (sabertooth) dan hyena raksasa.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 29 Mar 2025, 03:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2025, 03:00 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menghadiri pameran fosil manusia purba pithecanthropus erectus di Museum Nasional Indonesia. Pameran ini bertajuk "Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus".
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menghadiri pameran fosil manusia purba pithecanthropus erectus di Museum Nasional Indonesia. Pameran yang digelar Kementerian Kebudayaan ini bertajuk "Indonesia, The Oldest Civilization on Earth? 130 Years After Pithecanthropus Erectus". (Foto: Kementerian Kebudayaan)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan menemukan sebuah fosil yang akan menantang pemahaman sebelumnya tentang ukuran tubuh manusia purba. Fosil yang ditemukan di Gua Swartkrans, Afrika Selatan berasal dari Paranthropus robustus.

Dikutip dari laman SciTechDaily pada Jumat (28/03/2025), Paranthropus robustus merupakan spesies hominin yang hidup sekitar dua juta tahun lalu dan hidup berdampingan dengan Homo ergaster, leluhur langsung manusia modern. Selama ini, para peneliti sudah menemukan banyak tengkorak dan gigi Paranthropus robustus di Gua Swartkrans, yang memberikan informasi berharga tentang makanan dan perilaku sosial mereka.

Misalnya, bentuk rahang yang kuat dan gigi dengan enamel tebal menunjukkan bahwa spesies ini bisa bertahan hidup dengan makanan berkualitas rendah dan sulit dikunyah saat sumber makanan langka. Namun, informasi tentang ukuran tubuh dan cara berjalan mereka masih sangat terbatas karena sedikitnya tulang kerangka yang ditemukan.

Kini, hal itu mulai berubah berkat penemuan penting yakni satu set tulang panggul, paha, dan tulang kering yang masih menyatu. Penelitian internasional yang melibatkan para ilmuwan dari Evolutionary Studies Institute di Universitas Witwatersrand (Afrika Selatan) mengungkap bahwa tulang-tulang tersebut milik satu individu muda Paranthropus robustus yang kemungkinan besar perempuan.

Temuan ini membuktikan bahwa spesies ini berjalan tegak secara rutin, mirip dengan manusia masa kini. Lebih mengejutkan lagi, ukuran tubuh individu ini ternyata sangat kecil.

Ukuran fosil ini bahkan lebih kecil dibandingkan manusia purba terkenal seperti “Lucy” (Australopithecus afarensis) dan “Hobbit” (Homo floresiensis). Ukuran tubuh yang kecil membuat Paranthropus robustus rentan terhadap predator besar yang hidup di sekitar Gua Swartkrans, seperti kucing bertaring tajam (sabertooth) dan hyena raksasa.

Hal ini diperkuat dengan jejak gigitan dan bekas kunyahan pada tulang, yang identik dengan tanda-tanda serangan leopard. Alat-alat yang ditemukan digunakan untuk berbagai keperluan, seperti memotong daging hewan, menggali akar, dan mencari serangga di bawah tanah.

Namun, masih menjadi bahan penelitian apakah Paranthropus robustus atau Homo ergaster yang membuat alat-alat ini. Namun, tim peneliti yakin bahwa Paranthropus robustus memiliki kemampuan fisik dan kognitif yang cukup untuk membuat serta menggunakan alat-alat tersebut.

Penelitian masih berlanjut, termasuk analisis struktur tulang bagian dalam menggunakan CT scan, untuk memahami lebih jauh pola pertumbuhan dan cara bergerak spesies ini.

(Tifani)

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya