Lapas Suliki Budidaya Maggot, 'Modal' Warga Binaan Setelah Hirup Udara Bebas

Maggot dipercaya memiliki potensi besar sebagai sumber protein tinggi.

oleh Novia Harlina diperbarui 25 Des 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 25 Des 2023, 00:00 WIB
Budidaya maggot di Lapas Kelas III Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota. (Liputan6.com/ ist)
Budidaya maggot di Lapas Kelas III Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Limapuluh Kota - Budidaya maggot telah menjadi sorotan dalam berbagai sektor, termasuk pertanian, pakan ternak, dan pengelolaan limbah organik.

Maggot dipercaya memiliki potensi besar sebagai sumber protein tinggi dan pakan yang berguna untuk berbagai jenis hewan, serta sebagai alat pengelolaan limbah yang efektif.

Peluang ini dimanfaatkan oleh Lembaga Pemasyarakatan kelas III Suliki Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Budidaya maggot dari dalam lapas ini juga menjadi solusi untuk mengatasi limbah organik atau sampah rumah tangga dari sisa makanan dan sayuran.

Kepala Lapas Kelas III Suliki, Kamesworo mengatakan budidaya maggot Black Soldier Fly ini sebagai sarana pembinaan kemandirian bagi warga binaan agar dapat memiliki ilmu dan pengalaman, sehingga setelah bebas dapat memanfaatkan peluang ini untuk memulai usaha.

"Ini yang pertama, selama kurang lebih 25 hari sudah bisa dipanen sebagai pakan ternak dan ikan yang memiliki banyak protein," katanya, Sabtu (23/12/2023).

Menurutnya fokus saat ini yakni pembinaan kemandirian budidaya pengolahan maggot BSF sekaligus hal Ini menjadi solusi pemanfaatan limbah dalam lingkungan Lapas Kelas III Suliki.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Raup Cuan

Budidaya maggot di Lapas Kelas III Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota. (Liputan6.com/ ist)
Budidaya maggot di Lapas Kelas III Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota. (Liputan6.com/ ist)

Kames menyampaikan saat panen perdana, ada sekitar 10 kilogram maggot yang siap dijual, sebagian dimanfaatkan untuk pakan ikan di kolam area lapas suliki.

"Produk maggot BSF di lapas suliki menjadi dua varian yakni maggot kering dan maggot basah," ujarnya.

Warga Binaan Lapas Suliki, Pando yang ikut serta dalam megikuti pembinaan kemandirian di Lapas Suliki menjelaskan dalam proses pembudidayaan maggot harus ekstra teliti dan menjaga telur sampai menjadi larva dan maggot dewasa.

"Ada saja serangga seperti semut yang bisa mengganggu, kita kontrol dari serangga maupun hama dan kita kasih makan sisa sampah sayuran sampai jadi maggot dewasa," kata Pando.

Menurutnya untuk maggot kering ada beberapa proses yaitu proses pemisahan magot di dalam ember atau media budidaya untuk di rebus dan dikeringkan agar kadar airnya berkurang. Sedangkan maggot BSF basah bisa langsung dipacking dengan botol dan diberi lubang udara.

Maggot BSF kering dijual seharga Rp15.000 per bungkus dan maggot basah dijual sekitar 10.000 rupiah per bungkus.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya