Apa Itu Selat Muria, Berikut Sejarah dan Penyebab Selat Itu Menghilang

Baru-baru ini keberadaan Selat Muria kembali ramai dibahas publik. Berikut sejarah dan penyebab hilangnya Selat Muria.

oleh Natasa Kumalasah Putri diperbarui 19 Mar 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 05:00 WIB
Kawasan Gunung Muria, dengan komplek makam dan masjid Sunan Muria
Kawasan Gunung Muria, dengan komplek makam dan masjid Sunan Muria. (Dok: Instagram @misbah.munir.69)

Liputan6.com, Bandung - Selat Muria merupakan wilayah laut yang dahulunya pernah memisahkan daratan Jawa dengan Gunung Muria. Gunung tersebut merupakan gunung bertipe stratovolcano yang berada di pantai utara Jawa Tengah.

Dahulu Gunung Muria merupakan pulau hingga abad ke-17, wilayah perairannya berubah menjadi daratan karena endapan fluvio-marin. Daratan tersebut kini menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang.

Melalui laporan pada tahun 1657 menyebutkan, bahwa endapan fluvial dari sungai-sungai yang bermuara ke Selat Muria mengakibatkan pendangkalan. Diketahui sungai-sungai tersebut adalah Kali Serang, Sungai Tuntang, dan Sungai Lusi.

Ketika Selat Muria masih ada, jalurnya sering digunakan sebagai jalur transportasi dan tempat perdagangan yang ramai dilalui. Selat ini menghubungkan masyarakat Jawa Kuna dengan masyarakat pulau-pulau lain.

Melansir dari Merdeka, bukti Selat Muria pernah ada terbukti dengan adanya penemuan fosil hewan laut di Situs Purbakala Patiayam, Kudus. Selat ini juga pernah menjadikan kota Demak sebagai kota pelabuhan yang ramai.

Kawasan sekitar selat tersebut juga terdapat beberapa pelabuhan kecil, tetapi karena adanya konflik politik membuat komoditas yang berasal dari daerah sekitar Selat Muria beralih menuju ke Pelabuhan Sunda Kelapa. 

Namun, karena adanya sedimentasi dan pendangkalan, wilayah tersebut perlahan berubah menjadi daratan sampai saat ini.

Sejarah Selat Muria

Kawasan Gunung Muria di Jawa Tengah
Kawasan Gunung Muria di Jawa Tengah. (Dok: Instagram @alfn_rzk)

Melansir dari Merdeka ketika masa glasial Gunung Muria bersama dengan pegunungan kecil di Patiayam dulunya bergabung dengan dataran utama Pulau Jawa. Namun, ketika interglasial kondisinya menjadi berbalik.

Volume air laut yang meningkat membuat dataran Gunung Muria dan Pulau Jawa menjadi terpisahkan oleh laut dangkal yang tidak terlalu lebar. Kemudian pada abad ke-17 Pulau Muria kembali menyatu dengan Pulau Jawa.

Diketahui, bergabungnya kedua pulau tersebut karena adanya pendangkalan dan perkembangan daratan alluvial di sepanjang pantai utara Jawa. Saat masih menjadi selat, tempat ini dikenal sebagai jalur perdagangan dan transportasi yang ramai.

Selat tersebut menjadi jalan untuk masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa dan di pulau-pulau lainnya. Dahulu masyarakat yang ingin bepergian ke Kudus atau Demak harus menggunakan transportasi kapal.

Adanya Hunian Kuno dan Fosil

Tim Arkeolog Temukan Fosil Utuh Gajah Purba di Situs Purbakala Patiayam Kudus
Fosil gajah purba ditemukan peneliti CPAS usai penggalian sedalam lebih dari 2 meter. (Ist)

Bekas keberadaan Selat Muria terbukti dengan adanya Situs Medang yang ada di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Melalui ekskavasi yang dilakukan di sana ditemukan adanya jejak sebuah hunian kuno.

Kemudian ada beberapa temuan lainnya seperti fragmen gerabah, keramik, dan perhiasan berbahan emas. Melalui temuan tersebut diduga Situs Medang dahulu merupakan hunian kuno yang berlokasi di sisi selatan Selat Muria.

Adanya Selat Muria juga dibuktikan dengan penemuan fosil hewan laut di Situs Patiayam Kudus. Melalui situs tersebut, ditemukan beberapa hewan laut seperti moluska, ikan hiu, penyu, hingga buaya dan diperkirakan fosil tersebut sudah berumur 800.000 tahun.

Menghilangnya Selat Muria

Bledug Kuwu, Fenomena Alam Menakjubkan dari Grobogan
Pernah dengar soal Bledug Kuwu? Jika belum, coba kunjungi tempat berikut ini

Melansir dari Undip Selat Muria semakin dangkal setelah abad ke-17 dan kapal tidak bisa berlayar mengarunginya. Namun perahu-perahu kecil masih bisa mengarungi Selat Muria dari Demak hingga Juwana ketika musim hujan.

Pada tahun 1996, seorang peneliti bernama Lombard menjelaskan bahwa ada air laut dari Selat Muria yang masih tersisa sampai sekarang. Air tersebut terperangkap di dataran Jawa dan dikenal dengan Bledug Kuwu.

Menghilangnya Selat Muria konon menjadi kemunduran untuk Kerajaan Demak yang pernah berjaya pada masa silam. Pasalnya, pendangkalan di Selat tersebut menjadikan Demak yang berada di tepi Selat Muria berubah menjadi kota yang dikelilingi daratan.

Saat ini, masyarakat khawatir jika Selat Muria akan terbentuk lagi setelah terjadi banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Demak dan Kudus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya