Liputan6.com, Yogyakarta - Pengaruh globalisasi kian kuat sehingga penting mempertahankan dan menjaga keseimbangan ajaran agama Islam terutama bagi perempuan muslim di Indonesia. Penasihat Syekh Al Azhar Nahlah Shabry Al-Shoeedi menjelaskan dalam kuliah umum bertajuk “Keseimbangan antara Identitas Islam dan Globalisasi Pengalaman Perempuan Muslim” bahwa pada dasarnya identitas Islam selalu berkaitan dengan Al-Qur'an, hadits, menghargai kesetaraan, dan bahkan Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk menghargai keberagaman budaya.
“Bahkan identitas Islam selalu menghargai dan menjunjung tinggi seorang perempuan. Ketika bicara tentang perempuan maka kita tidak hanya berbicara terkait dengan isu perempuan saja, tetapi justru kita bicara tentang bangsa dan negara. Sebab perempuanlah yang mencetak generasi bangsa,” ujarnya di Ruang Sidang Utama AR Fachruddin A lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (8/2/2025).
Menurut Nahlah perempuan muslim di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya memiliki tantangan dalam mempertahankan identitas dirinya di tengah fenomena lunturnya identitas Islam yang berasal dari faktor eksternal atau luar, yakni adanya tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan standardisasi ke barat-baratan. Ditambah dengan perkembangan media sosial dinilai banyak mengubah pola pikir seorang perempuan Islam yang harus merujuk atau sesuai dengan tren media sosial.
Advertisement
Baca Juga
Kondisi saat ini diperparah saat anak-anak cenderung sibuk dengan gadgetnya daripada bersosialisasi dan bermain. Ia yang merupakan tokoh penting perempuan di Mesir ini dengan tegas menyatakan fenomena ini sangat berbahaya dan menjadi salah satu faktor rusaknya identitas seseorang muslim sejak dini.
“Dari banyak tantangan yang ada, memiliki pondasi agama yang kuat sejak kecil menjadi hal yang sangat fundamental dan benar-benar harus direalisasikan bagi perempuan khususnya. Melalui pondasi agama yang kuat, kita sebagai seorang perempuan tetap bisa berperan menjadi masyarakat global dengan berbagai macam perkembangannya tanpa melupakan identitas diri sebagai perempuan muslim,” tegas Nahlah.
Kepada perempuan muslim di Indonesia, tokoh perempuan ini berpesan untuk terus melakukan wirid agar dapat menghadapi dan membentengi diri dari dampak negatif globalisasi. “Sehebat apapun perempuan, perbanyaklah wirid atau berdoa. Sebab doa lah yang menjadi satu-satunya cara untuk membentengi diri dari hal-hal negatif. Jangan sampai terkecoh dengan duniawi yang dapat menggoyahkan integritas diri kita. Jadilah perempuan Islam yang hebat dan berintegritas,” tutup Nahlah.