Menko Darmin Ajak Masyarakat Investasi di Pasar Modal daripada Beli Tanah

Salah satu keuntungan berinvestasi di pasar modal adalah perputaran uang dari pasar modal dan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan investasi tanah.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Jan 2019, 16:56 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2019, 16:56 WIB
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution (Dok Foto: Kemenko Bidang Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengajak masyarakat berinvestasi di pasar modal dan keuangan dibandingkan dengan model investasi konvensional seperti membeli tanah.

Menurut Darmin, salah satu keuntungan berinvestasi di pasar modal adalah perputaran uang dari pasar modal dan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan investasi tanah.

"Sangat penting untuk meyakinkan masyarakat kita agar saving-nya dilakukan di pasar keuangan. Kalau saving-nya untuk beli tanah bagus-bagus saja, tapi yakinlah putarannya sangat lambat," ungkap dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (2/1/2018).

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengatakan bahwa investasi dalam bentuk tanah memang dapat memberi keuntungan yang besar. Namun, keuntungan tersebut baru bisa dirasakan dalam jangka waktu yang sangat panjang, misalnya 30 tahun.

"Orang membeli tanah kemudian menahannya selama 30 tahun. Harganya memang naik, tapi 30 tahun," ucap dia.

Selain masyarakat, Darmin pun mendorong pelaku pasar modal, yakni Bursa Efek Indonesia (BEI), untuk menggencarkan edukasi terkait investasi di pasar modal kepada masyarakat. Sebab, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui manfaat sesungguhnya berinvestasi di pasar modal.

"Bagaimana meyakinkan mereka untuk investasi ke pasar modal, sehingga edukasi apa pun itu namanya harus menjadi pilar kegiatan yang sangat penting," dia menambahkan.

Darmin pun mengakui cukup sulit menyakinkan masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Sebab selama ini masyarakat berpandangan jika pasar modal dan keuangan memiliki risiko rugi yang sangat tinggi.

"Tentu bukan hal mudah karena orang beli tanah bukan tanpa alasan. Beli surat berharga bisa rugi juga," jelasnya.

Karena itulah, lanjut dia, perlu perbaikan dan peningkatan kualitas dari sisi pasar modal sendiri. Sehingga, banyak masyarakat yang tertarik untuk menaruh uangnya di pasar modal dan keuangan.

"Kita berharap bahwa pasar modal mulai masuk ke tahap melahirkan dinamika bagi perekonomian kita ke depan," ucapnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

 

OJK Bakal Jaga Kinerja Positif Pasar Modal Indonesia

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat menggelar jumpa pers tutup tahun 2018 di Gedung OJK, Jakarta, Rabu (19/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso, menegaskan komitmen OJK untuk meneruskan kinerja positif pasar modal bahkan meningkatkan kinerja pasar modal Indonesia di 2019.

Menurut dia, sepanjang 2018, pasar modal Indonesia tekan menunjukkan tren positif. Salah satu bukti adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tak banyak mengalami koreksi di akhir 2018.

"Sampai dengan akhir 2018, IHSG memang ditutup mengalami koreksi 2,54 persen ke level 6.194,50, namun koreksi yang kita alami masih merupakan salah satu yang terendah di bursa efek utama kawasan Asia Pasifik dan yang tebaik di kawasan ASEAN," kata dia, saat acara Pembukaan Perdagangan 2019, di BEI, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Kinerja positif pasar modal yang berikutnya adalah nilai Aset Bersih Reksa Dana juga meningkat 10,47 persen, mencapai Rp 505,39 triliun.

Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, kata Wimboh, di tengah volatilitas pasar keuangan yang tinggi, penghimpunan dana di pasar modal juga tercatat masih relatif tinggi.

"Yang tercermin dari nilai emisi sebesar Rp 166 triliun, dengan jumlah emiten baru yang mencatat rekor tertinggi, mencapai 62 emiten baru," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa capaian ini tentu tidak terlepas dari sinergi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, baik pelaku usaha di sektor riil maupun di sektor keuangan. Berbagai sinergi kebijakan yang telah diterbitkan juga turut membuahkan hasil yang positif, yakni terjaganya kepercayaan investor dan pelaku pasar modal terhadap fundamental dan prospek ekonomi Indonesia.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya