Chandra Asri Catat Laba Tumbuh 124 Persen pada 2020

Pendapatan Chandra Asri Petrochemical turun 3,96 persen dari USD 1,88 miliar pada 2019 menjadi USD 1,80 miliar pada 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Mar 2021, 07:56 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2021, 07:48 WIB
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.

Liputan6.com, Jakarta - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatat laba tahun berjalan mencapai USD 51,54 juta pada 2020. Laba tahun berjalan itu tumbuh 124,42 persen dari periode sama 2019 sebesar USD 23,64 juta.

Meski demikian, pendapatan Chandra Asri Petrochemical turun 3,96 persen dari USD 1,88 miliar pada 2019 menjadi USD 1,80 miliar pada 2020.

Perseroan menyatakan pendapatan turun akibat dari harga jual rata-rata yang lebih rendah di semua produk. Akan tetapi, volume penjualan meningkat dengan peningkatan skala dan kapasitas menjadi 2,222 KT pada 2020 dari periode 2019 sebesar 1,943 KT.

Beban pokok pendapatan turun 4 persen menjadi USD 1,64 miliar pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,70 miliar.

Perseroan menyatakan,  beban pokok pendapatan mencerminkan harga naphtha yang lebih rendah. Rata-rata USD 414/MT pada 2020 dari periode 2019 sebesar USD 542/MT yang dipimpin oleh harga minyak mentah Brent yang terkontraksi menjadi rata-rata USD 42/bbl dibandingkan USD 64/bbl pada 2019.

Namun, hal ini sebagian diimbangi oleh konsumsi naphtha yang lebih tinggi karena peningkatan kapasitas dan produksi.

Beban penjualan tercatat USD 49,93 juta atau naik 20,29 persen pada 2020 dibandingkan 2019 sebesar USD 41,51 juta. Beban umum dan administrasi turun 21,61 persen menjadi USD 33,73 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 43,03 juta. Beban keuangan naik 15,22 persen dari USD 56,38 juta pada 2019 menjadi USD 64,97 juta.

Perseroan juga mencatatkan penurunan keuntungan atas instrument keuangan derivatif menjadi USD 349.000 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 8,46 juta.

Keuntungan lain-lain naik menjadi USD 22,94 juta pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 11,10 juta. Perseroan juga mencatat manfaat pajak penghasilan bersih menjadi USD 22,70 juta pada 2020 dari sebelumnya rugi USD 15,12 juta.

Laba per saham dasar naik menjadi USD 0,0029 pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 0,0013.

Total liabilitas naik menjadi USD 1,87 miliar pada 31 Desember 2020 dari periode 2019 sebesar USD 1,69 miliar. Hal ini didorong utang usaha lebih tinggi pada USD 699,7 juta ditambah dengan peningkatan total utang USD 844,3 juta diimbangi dengan liabilitas pajak tangguhan lebih renda pada USD 119,3 juta.

Ekuitas Chandra Asri Petrochemical tercatat naik menjadi USD 1,81 miliar pada 2020 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,76 miliar. Perseroan kantongi kas USD 918,91 juta pada 2020.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Perseroan Optimistis pada 2021

Siemens dan Bentley Systems akan mengembangkan digital twin pertama untuk kompleks petrokimia di Indonesia miliki Chandra Asri. (Foto: Chandra Asri)
Siemens dan Bentley Systems akan mengembangkan digital twin pertama untuk kompleks petrokimia di Indonesia miliki Chandra Asri. (Foto: Chandra Asri)

Direktur TPIA, Suryandi menuturkan, kinerja keuangan solid pada 2020 didukung perbaikan kinerja pada paruh kedua 2020. Dalam tiga bulan pada kuartal IV 2020, perseroan membukukan EBITDA sebesar USD 121 juta.

"Hasilnya kami membukukan EBITDA 2020 sebesar USD 187 juta dan laba bersih setelah pajak sebesar USD 52 juta, lebih dari dua kali lipa tangka 2019,” ujar dia dalam keterbukaan informasi BEI.

Adapun pemulihan permintaan bahan kimia meningkat, seiring dengan ekonomi yang perlahan-lahan membaik dari lockdown pada semester kedua 2020. Spread PE dan PP terhadap naphtha menguat ke level lebih dari USD 600/T, dengan rebound konsumsi yang kuat di China dan Asia Timur laut.

"Tren pada kuartal IV 2020 ini berlanjut hingga 2021, dan kami pruden namun optimis akan ketahanan berkelanjutan dan pertumbuhan pada permintaan,” ujar dia.

Ia menuturkan, pabrik tetap beroperasi sepanjang tahun, dan berhasil mengoperasikan pabrik B1-MTBE untuk menyelesaikan rencana induk integrasi pada 2020.

"Kami berhasil melaksanakan rencana untuk mengurangi biaya struktural dan meningkatkan daya saing. Melalui langkah-langkah proaktif yang diambil untuk mengoptimalkan struktur permodalan dan memaksimalkan arus kas, kami menurunkan biaya bunga rata-rata dan mengakhiri 2020 dengan kas bersih positif setelah utang,” ujar dia.

Suryandi menambahkan, perseroan juga telah memulai investasi Enclosed Ground Flare sebesar US$14 juta.

"Kami melaksanakan fokus ESG kami dengan mitra kelas dunia seperti Ecolab, BYD dan Total Solar untuk mengurangi 3,190 ton CO2 per tahun melalui Green Chemistry dan forklift listrik, yang digerakkan oleh panel surya,” ujar dia.

Perseroan pun optimistis menyambut 2021 seiring perbaikan kinerja pada 2020 dengan neraca yang kuat yang terdiri dari total kumpulan likuiditas USD 1,2 miliar dan kas USD 919 juta pada akhir 2020.

"Hal ini memposisikan Perseroan dengan kuat memasuki 2021 untuk menangkap peluang pertumbuhan yang muncul seiring dengan kembalinya pertumbuhan PDB dan rebound perekonomian dengan optimisme yang didukung oleh adanya vaksin,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya