Wall Street Makin Perkasa, Indeks Dow Jones Kembali Cetak Rekor

Wall street mencatatkan kinerja positif selama sepekan. Hal ini ditunjukkan dengan tiga indeks saham acuan naik lebih dari satu persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Apr 2021, 06:15 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2021, 06:15 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Jumat, 16 April 2021. Wall street bahkan kembali mencetak rekor seiring laba yang kuat dari perusahaan unggulan dan data ekonomi yang kuat.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones naik 164,68 poin atau 0,5 persen ke posisi 34.200,67. Indeks saham acuan tersebut melewati 34.000 untuk pertama kali pada sesi sebelumnya. Indeks saham S&P 500 menanjak 0,4 persen ke posisi 4.185,47. Indeks saham Nasdaq naik 0,1 persen ke posisi 14.052,34.

Wall street mencatatkan kinerja positif selama sepekan. Hal ini ditunjukkan dengan tiga indeks saham acuan naik lebih dari satu persen. Indeks saham S&P 500 dan Dow Jones menguat pada pekan ini. Diikuti dengan indeks saham Nasdaq yang positif.

Di sisi lain, kinerja salah satu bank terbesar di Amerika Serikat, Morgan Stanley mencatat laporan keuangan yang positif. Morgan Stanley melaporkan laba yang kuat dari perkiraan. Hal itu dipicu dari kuatnya investment banking dan perdagangan. Namun, saham Morgan Stanley turun 2,8 persen, dan memangkas keuntungan kinerja saham menjadi 14 persen.

Saham PNC Financial naik lebih dari dua persen setelah bank melaporkan kinerja pendapatan dan laba mengalahkan harapan untuk kuartal I 2021.

“Indeks saham Dow Jones melewati 34.000 merupakan sinyal minat investor untuk prospek pertumbuhan di masa depan meluas ke saham yang berorientasi pada nilai,” ujar Head of Portofolio Management Commonwealth Financial Network, Peter Essele, dilansir dari CNBC, Sabtu (17/4/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Ekonomi AS Siap Bangkit

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menambahkan, permintaan untuk industri dan area yang lebih berorientasi pada siklus harus terus berlanjut karena program vaksinasi COVID-19 yang bertahan dan kinerja laba yang lebih tinggi dari yang diharapkan.

Selain itu, sentimen investor juga didorong oleh banyaknya data ekonomi pekan ini yang menunjukkan meningkatnya belanja konsumen dan data tenaga kerja.

University of Michigan mengatakan, indeks sentimen konsumen naik ke level tertinggi dalam satu tahun di posisi 86,5 pada paruh pertama April. Angka ini lebih tinggi dari posisi Maret 2021.

Gubernur the Federal Reserve Christopher Walker mengatakan, ekonomi AS akan lepas landas tetapi masih belum ada alasan untuk memulai kebijakan pengetatan.

“Saya pikir ekonomi siap bangkit. Masih banyak yang harus dilakukan tentang itu, tetapi saya pikir semua orang semakin nyaman dengan pengendalian virus COVID-19 dan kami mulai melihatnya dalam bentuk kegiatan ekonomi,” ujar dia.

Hal ini ditunjukkan dari data ekonomi yang keluar pada Kamis pekan ini dengan penjualan ritel melonjak 9,8 persen pada Maret 2021 karena stimulus tambahan mendorong belanja konsumen melonjak. Angka tersebut melampaui perkiraan indeks saham Dow Jones yang naik 6,1 persen.

Didukung Data Ekonomi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja melaporkan 576.000 klaim pengangguran untuk pertama kali pada pekan yang berakhir 10 April 2021. Pengajuan klaim pengangguran itu mencapai level terendah sejak Maret 2020.

Indeks saham S&P 500 dalam beberapa minggu terakhir telah menguat sehingga mendorong kinerja tumbuh lebih dari 11 persen. Sektor siklus menjadi pemenang terbesar dengan sektor saham keuangan dan energi memimpin reli.

"Dengan semangat yang meningkat, selain stimulus fiskal bersejarah dan gambaran Kesehatan masyarakat yang membaik, mendukung harapan kami untuk peningkatan lebih lanjut dalam aktivitas ekonomi selama beberapa bulan mendatang,” ujar Ekonom Wells Fargo, Azhar Iqbal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya