PT Timah Setorkan Pajak dan PNBP Rp 267,8 Miliar pada Kuartal I 2022

Peningkatan kontribusi pajak dan PNBP dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya harga komoditas, produksi dan penjualan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Jun 2022, 07:28 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2022, 07:28 WIB
PT Timah (Persero) Tbk (TINS)
(Foto: PT Timah)

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk sebagai salah satu perusahaan tambang timah yang merepresentasikan negara terus mengoptimalkan kontribusinya kepada negara melalui pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 

Emiten berkode TINS ini, pada kuartal satu 2022, telah menyetorkan pajak dan PNBP sebesar Rp 267,8 miliar. Sedangkan, kontribusi PT Timah Tbk pada 2021 mencatatkan kenaikan 14 persen senilai Rp 776,5 miliar dibandingkan 2020  sebesar Rp 677,9 miliar. 

Berdasarkan catatan dalam beberapa tahun terakhir kontribusi Timah kepada negara tercatat pada 2018 sebesar Rp 818 miliar. Saat itu PT Timah Tbk menjual logam sebanyak 33.818 metrik ton. 

Pada 2019 sebesar Rp 1,2 triliun dengan penjualan logam 67.704 metrik ton. Sedangkan 2020, TINS menyetorkan kontribusi  sebesar Rp 677,9 miliar dengan volume penjualan 55.782 metrik ton, dan 2021 sebesar 776,6 miliar dengan penjualan 26.602 metrik ton. 

Tidak hanya kepada negara, pertambangan timah juga ikut memberikan manfaat bagi Pemerintah Daerah penghasil seperti Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui Dana Bagi Hasil (Daba). 

Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Republik Indonesia tentang Penetapan Daerah Penghasil dan Dasar Penghitungan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Mineral dan Batubara untuk 2021, total dana bagi hasil yang diperoleh Provinsi Bangka Belitung dan enam kabupaten kota sebesar Rp 564 miliar, yang terdiri atas royalti sebesar Rp 511,5 miliar dan iuran land rent sebesar Rp 52,6 miliar. 

Peningkatan kontribusi pajak dan PNBP dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya harga komoditas, produksi dan penjualan. Komoditas timah menjadi salah satu penyumbang devisa negara lantaran 95 persen produksi untuk ekspor sedangkan 5 persennya dikonsumsi dalam negeri. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Perbaikan Ekosistem

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur Utama PT Timah Tbk, Achmad Ardianto mengatakan, pajak sektor timah sebetulnya dapat lebih dioptimalkan. Namun, memang perlu dilakukan perbaikan ekosistem bisnis Timah yang berjalan saat ini.  

"Negara berperan dalam penguasaan sumber daya alam yang dimiliki, PT Timah Tbk sebagai representasi negara dalam bisnis timah harus memberikan kontribusi yang besar terhadap negara," ujar Achmad dalam keterangan tertulis dikutip Senin (6/6/2022). 

"Tapi pada 2020 dan 2021 setoran pajak dan PNBP turun drastis dibandingkan 2019 yang pernah mencapai Rp 1,2 triliun. Hal ini sebenarnya bisa dioptimalkan karena pernah sampai tinggi sekali sampai Rp 1,2 triliun," lanjut Achmad.

Dia menuturkan, untuk mengoptimalkan pendapatan negara di sektor timah perlu dukungan dari semua pihak, dimana proses eksplorasi, penambangan hingga penjualan timah tidak ada yang terlewatkan dari potensi pendapatan negara. 

"Proses penambangan timah ini kan dari hulu ke hilir, dimana dari semua proses itu ada potensi pendapatan negara baik pajak maupun PNBP. Untuk itu penelusuran asal usul bijih timah ini penting sehingga semua tercatat dan potensi pendapatan negara tidak ada yang lost,” jelasnya. 

Secara global, Kementerian ESDM mencatat PNBP realisasi PNBP sektor energi dan sumber daya mineral sepanjang 2021 mencapai Rp 189,2 triliun. Sub Sektor mineral dan batu bara menyumbang menyumbang Rp 75,5 triliun.

Kinerja Kuartal I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Timah Tbk (TINS) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang tiga bulan pertama 2022 yang ditunjukkan dari pertumbuhan laba bersih dan pendapatan. Hal tersebut didukung kenaikan harga logam timah dan perseroan menekan biaya operasional.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 19 Mei 2022, PT Timah Tbk mencatat laba Rp 601 miliar selama kuartal I 2022. Laba tersebut melesat 5.713 persen dibandingkan kuartal I 2021 yang meraup laba Rp 10,34 miliar.

Kenaikan laba tersebut juga ditopang pendapatan perseroan. Pada kuartal I 2022, PT Timah Tbk meraup pendapatan Rp 4,4 triliun atau naik 80 persen jika dibandingkan kuartal I 2021 sebesar Rp 2,44 triliun.

“Selain disebabkan oleh naiknya harga logam timah, hal ini juga dikarenakan efektivitas perseroan dalam menekan biaya operasional,” tulis perseroan.

Perseroan juga mencatat kenaikan kinerja laba operasi sebesar 575 persen menjadi Rp 885 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 131 miliar. Naiknya profitabilitas perseroan juga terlihat dari kenaikan EBITDA sebesar 213 persen menjadi Rp 1,1 triliun dari sebelumnya Rp 347 miliar.

Perseroan mencatat laba bersih per saham dasar/dilusi dari operasi yang dilanjutkan sebesar Rp 81 pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1.

Aset Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Sementara itu, aset perseroan pada kuartal I 2022 sebesar Rp 14,4 triliun atau turun dua persen dibandingkan akhir 2021 Rp 14,7 triliun. Posisi liabilitas Rp 7,4 triliun atau susut 12 persen jika dibandingkan akhir 2021 Rp 8,4 triliun. Ekuitas perseroan naik 11 persen menjadi Rp 7 triliun dari periode akhir 2021 Rp 6,3 triliun.

Posisi arus kas operasi perseroan bertambah 111 persen menjadi Rp 2,1 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 0,9 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi pada kuartal I 2022 turun signifikan menjadi Rp 3,7 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.

Indikasi baiknya performa finansial Perseroan terlihat dari beberapa rasio seperti Quick Ratio sebesar 44 persen, Current Ratio sebesar 153 persen, Gross Profit Margin sebesar 25 persen, Net Profit Margin sebesar 14 persen, Debt to Asset Ratio sebesar 26 persen, dan Debt to Equity Ratio sebesar 53 persen.

Sementara itu, kinerja operasi, produksi bijih timah pada kuartal I 2022 tercatat sebesar 4.508 ton atau turun 11 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 5.037 ton.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya