Bursa Saham Asia Melesat Setelah Rilis Data Penjualan Ritel AS

Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menghijau pada Kamis, (16/2/2023) seiring investor cerna data penjualan ritel AS dan defisit perdagangan Jepang.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Feb 2023, 09:29 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 09:29 WIB
Bursa Saham Asia Menguat pada Kamis 16 Februari 2023
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Kamis, 16 Februari 2023. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan saham Kamis, (16/2/2023) seiring investor mencerna data defisit perdagangan Jepang sebesar 3,5 triliun yen atau senilai USD 26 miliar. Hal itu berdasarkan data dari Refinitiv.

Selain itu, investor mencerna data penjualan ritel Amerika Serikat (AS)  yang lebih kuat dari yang diharapkan. Yen Jepang melemah seiring rilis data neraca perdagangan. Indeks Nikkei 225 menguat 0,65 persen dna indeks Topix bertambah 0,53 persen. Di Korea Selatan, indeks Kospi menguat 1,5 persen dan indeks Kosdaq bertambah 2,02 persen. Demikian mengutip dari CNBC, Kamis pekan ini.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,85 persen seiring tingkat pengangguran pada Januari menguat dari yang diharapkan ekonom. Di Hong Kong, indeks Hang Seng menanjak 0,72 persen dan indeks Hang Seng teknologi bertambah 0,89 persen. Di bursa saham China, indeks Shenzhen susut 0,18 persen dan indeks Shanghai menguat.

Bank sentral Filipina juga akan mengeluarkan keputusan terbaru tentang suku bunga pada perdagangan Kamis sore pekan ini. Ekonom prediksi kenaikan suku bunga 50 basis poin menjadi 6 persen.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 15 Februari 2023, indeks Dow Jones menguat 250 poin ke posisi 34.128,05. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing menguat 0,28 persen dan 0,92 persen.

Defisit perdagangan Jepang telah meningkat 3,5 triliun yen atau setara USD 26 miliar pada Januari melebar 59 persen dibandingkan 2,2 triliun yang tercatat pada periode sama tahun lalu, berdasarkan data pemerintah.

Secara tahunan, ekspor naik 3,5 persen menjadi 6,5 triliun yen, sedangkan impor melonjak 17,8 persen menjadi USD 10 triliun.

Seiring pengumuman tersebut, yen Jepang sedikit menguat terhadap dolar AS diperdagangkan di 133,84.

Sementara itu, tingkat pengangguran Australia meningkat 0,2 poin menjadi 3,7 persen dari harapan ekonom sebesar 3,5 persen. Tingkat pengangguran tertinggi sejak Mei lalu karena jumlah pengangguran naik 21.900 menjadi 523.200.

Data tenaga kerja turun sekitar 11.50 orang dari Desember-Januari berbeda dengan harapan akan naik 20.000. Ini adalah penurunan 0,1 persen dibandingkan Desember. Dolar Australia melemah terhadap dolar AS diperdagangkan di kisaran 0,6872.


Penutupan Wall Street pada 15 Februari 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 15 Februari 2023 seiring pelaku pasar mempertimbangkan data penjualan ritel dan inflasi AS terbaru. Data inflasi terbaru mendorong kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, Kamis (16/2/2023), penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 38,78 poin atau 0,11 persen ke posisi 34.128,05. Indeks S&P 500 mendaki 0,28 persen ke posisi 4.147,60 yang didorong lonjakan saham SolarEdge dan Generac. Dua saham tersebut masing-masing naik 9,05 persen dan 8 persen.

Indeks Nasdaq bertambah 0,92 persen menjadi 12.070,59 yang didorong lonjakan saham Airbnb sebesar 13,35 persen setelah mengalahkan laba.  Keuntungan di saham Tesla, Rivian, dan Lucid juga memimpin kenaikan indeks Nasdaq.

Saham tergelincir pada hari sebelumnya, saat laporan penjualan ritel pada Januari naik 3 persen, sementara ekonom yang disurvei Dow Jones prediksi 1,9 persen. Rilis penjualan ritel itu menunjukkan ekonomi AS bertahan meski kenaikan suku bunga oleh the Fed untuk meredam inflasi.

“Ketahanan pasar tenaga kerja adalah alasan utama konsumen terus berbelanja dan selama itu terjadi, inflasi akan tetap,” ujar Chief Invesment Officer Independent Advisor Allinace Chris Zaccararelli, dikutip dari CNBC.

Ia menuturkan, the Fed akan perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dan mempertahankan lebih lama dari pada yang diperkirakan saat ini. “Ini akan menyebabkan pasar mengalami beberapa volatilitas yang signifikan karena pasar saham dan obligasi diberi harga untuk skenario jinak dan bukan lebih yang sulit yang kita tuju,” kata dia.

 


Data Penjualan Ritel AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Data penjualan ritel pada Rabu setelah laporan inflasi Amerika Serikat (AS) terbaru dirilis. Laporan indeks harga konsumen pada Januari datang sedikit di atas perkiraan ekonom menunjukkan jalan yang berpotensi lebih panjang dalam perjuangan the Federal Reserve (the Fed) melawan kenaikan harga.

Pada akhir pekan ini, pelaku pasar akan mendengarkan pidato dari pejabat the Federal Reserve untuk mengetahui tanda-tanda apa yang mungkin dilakukan bank sentral pada pertemuan berikutnya pada Maret.

Investor juga akan mencermati hasil laba. Adapun Zillow, Shopify, dan DoorDash adalah beberapa perusahaan yang dijadwalkan untuk rilis kinerja pekan ini.

Sekitar tiga perempat dari perusahaan S&P 500 telah mengunggah hasil kinerja keuangannya. Dari perusahaan tersebut, 69 persen telah mengalahkan harapan laba. Berdasarkan data dari the Earnings Scout, tingkat hasil kinerja di bawah rata-rata tiga tahun sebesar 79 persen.

 

Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19
Infografis Yuk! Pakai Masker dan Segera Vaksin Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya