Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk akan tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 11 Januari 2024.
Samcro Hyosung Adilestari menjadi perusahaan tercatat ke-6 di Bursa pada tahun ini. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa, saham perseroan bakal diperdagangkan dengan kode ACRO.
Baca Juga
PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk mencatatkan saham di papan pengembangan, dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 693.828.000 saham. Harga penawaran saham yakni Rp 108 per saham.
Advertisement
Dengan demikian, perseroan meraup dana sebanyak Rp 74,93 miliar. Rencananya, Samcro Hyosung Adilestari akan mengalokasikan sekitar 30 persen dana hasil IPO untuk pembelian mesin. Kemudian sekitar 10 persen akan digunakan perseroan untuk membayar pinjaman dari PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk.
Selain itu, sekitar 15 persen akan digunakan untuk 80,76 persen untuk sewa gudang dan kantor di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan 19,24 persen akan digunakan untuk membeli kendaraan operasional dan peralatan gudang dan kantor di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja perseroan, termasuk untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan membiayai kegiatan operasional seperti biaya marketing, biaya SDM, biaya promosi, biaya desain kemasan, biaya perbaikan, pemeliharaan mesin dan bangunan, serta biaya overhead pabrik.
Mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024 dan seterusnya, manajemen Perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 25 persen atas laba bersih tahun berjalan perseroan.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi perseroan di masa yang akan datang.
Selain itu, memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya, serta kebijakan Perseroan dalam penggunaan laba bersih, penentuan jumlah penyisihan untuk dana cadangan, dan pembagian dividen tersebut akan diputuskan oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan ketentuan Pasal 71 UU PT.
Â
Â
IPO, Samcro Hyosung Adilestari Incar Dana Segar hingga Rp 74,93 Miliar
Sebelumnya diberitakan, PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk (ACRO) akan menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dengan mengincar dana Rp 74,93 miliar.
Mengutip laman e-ipo, Jumat (15/12/2023), Samcro Hyosung Adilestari bakal melepas saham sebanyak-banyaknya 693.828.000 Saham Seri A atau sebanyak-banyaknya 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah penawaran umum dengan nilai nominal Rp 20 setiap saham.
Adapun harga penawaran sebesar Rp 103 hingga Rp 108 per saham. Dengan demikian, Perseroan bakal meraup dana sebesar Rp 74,93 miliar.Â
Sebagai pemanis, Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 231.276.000 Waran Seri I yang menyertai saham baru Perseroan atau sebanyak-banyaknya 8,33% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.Â
Setiap pemegang 3 saham baru Perseroan berhak memperoleh 1 Waran Seri I dimana setiap 1 Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.Â
Waran Seri I adalah efek yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk melaksanakan setiap 1 Waran Seri I yang dimiliki menjadi 1 saham baru Perseroan dengan nilai nominal Rp20, yang seluruhnya akan dikeluarkan dari portepel dengan harga pelaksanaan Rp186 yang dapat dilakukan setelah 6 bulan sejak tanggal Waran Seri I diterbitkan, sampai dengan 1 Hari Kerja sebelum ulang tahun ke-2 pencatatan waran yang berlaku mulai 10 Juli 2024 sampai dengan 10 Januari 2026. Selain itu, total hasil pelaksanaan Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 43,01 miliar.Â
Â
Advertisement
Dana Hasil IPO
Dalam melancarkan aksinya, Perseroan menunjuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.Â
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan sekitar 30% untuk pembelian mesin, sekitar 10% akan digunakan Perseroan untuk membayar pinjaman Dollar AS dari PT Bank Woori Saudara 1906 Tbk.
Selain itu, sekitar 15% akan digunakan untuk 80,76% untuk sewa gudang dan kantor di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan 19,24% akan digunakan untuk membeli kendaraan operasional dan peralatan gudang dan kantor di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sisanya akan digunakan untuk modal kerja Perseroan, termasuk untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan membiayai kegiatan operasional seperti biaya marketing, biaya SDM, biaya promosi, biaya desain kemasan, biaya perbaikan, pemeliharaan mesin dan bangunan, serta biaya overhead pabrik.Â
Sementara itu, mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2024 dan seterusnya, manajemen Perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham Perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 25% atas laba bersih tahun berjalan Perseroan.
Besarnya pembagian dividen akan bergantung pada hasil kegiatan usaha dan arus kas Perseroan serta prospek usaha, kebutuhan modal kerja, belanja modal dan rencana investasi Perseroan di masa yang akan datang dan dengan memperhatikan pembatasan peraturan dan kewajiban lainnya, serta kebijakan Perseroan dalam penggunaan laba bersih, penentuan jumlah penyisihan untuk dana cadangan, dan pembagian dividen tersebut akan diputuskan oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan ketentuan Pasal 71 UU PT.
JadwalÂ
- Masa penawaran awal pada 15-22 Desember 2023
- Tanggal efektif pada 29 Desember 2023
- Masa penawaran umum perdana saham pada 2-8 Januari 2024
- Tanggal penjatahan pada 8 Januari 2024
- Tanggal distribusi pada 9 Januari 2024
- Tanggal pencatatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Januari 2024Â
Â
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
Â
Â
Advertisement