Cara Jitu Menghindari Jebakan Dividen

Jebakan dividen ini terjadi saat penawaran besaran dividen yang tinggi tadi diikuti penurunan cukup signifikan sampai cum date.

oleh Pipit Ika Ramadhani Diperbarui 27 Apr 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2025, 14:00 WIB
Cara Jitu Menghindari Jebakan Dividen
Ilustrasi investor transaksi saham (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Di pasar saham, dividen menjadi salah satu daya tarik utama bagi banyak investor. Terutama bagi mereka yang mencari pendapatan pasif atau keuntungan jangka pendek, dividen yang tinggi dapat menjadi indikator yang menggoda.

Namun, meskipun dividen tinggi tampak menjanjikan, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua dividen yang tinggi itu menguntungkan. Ada fenomena yang dikenal sebagai "dividend trap" atau jebakan dividen, yang bisa mengecoh investor. Untuk menghindarinya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan selain besaran dividen yield itu sendiri.

Dividen trap ini kondisi di mana emiten telah menyatakan besaran dividen mereka cukup tinggi. Hal ini agar dapat menarik minat investor lebih banyak. Akan tetapi, apa yang ditawarkan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.

Jebakan dividen ini terjadi saat penawaran besaran dividen yang tinggi tadi diikuti penurunan cukup signifikan sampai cum date. Ternyata saham itu alami penurunan yang menyebabkan pemilik saham terjebak dan akhirnya merugi.

Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, untuk menghindari jebakan dividen, investor perlu memperhatikan lebih dari sekadar angka yield yang tinggi. Selain itu, perhatikan juga fundamental perusahaannya.

"Apabila dividend yield yang diberikan tinggi namun fundamental perusahaannya kurang baik, maka kita tidak perlu mengambil dividennya, tapi cukup menunggangi pergerakan harga saham tersebut," kata Nico kepada Liputan6.com, dikutip Senin (28/4/2025).

Sesuaikan pula dengan target yang diinginkan atau direncanakan. Apakah memang ingin menikmati dividen yieldnya ataukah hanya mengambil capital gainnya. "Hal ini penting untuk menjadi pertimbangan, karena harga saham pasti akan turun setelah dividen trap," imbuh Nico.

Memilih Perusahaan dengan Prospek Jangka Panjang

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menjelaskan, salah satu langkah terbaik yang bisa diambil oleh investor adalah memilih perusahaan dengan fundamental yang kuat dan prospek jangka panjang yang cerah. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan dividen jangka pendek, tetapi juga potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.

"Jangan hanya membeli saham menjelang cum date semata-mata untuk mendapatkan dividen jangka pendek. Pilih perusahaan dengan fundamental yang kuat dan prospek bisnis yang baik, sehingga potensi kenaikan harga saham jangka panjang dapat mengkompensasi penurunan setelah ex date," kata Wahyu.

Selain itu, penting bagi investor untuk melihat jauh ke depan dan mempertimbangkan apakah perusahaan yang mereka pilih memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Mengandalkan dividen saja tanpa memperhitungkan potensi pertumbuhan perusahaan bisa berisiko, karena harga saham akan turun setelah cum date, dan ini bisa mengurangi keuntungan secara keseluruhan.

 

Strategi Membeli Saham Sebelum Cum Date

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Untuk investor yang tertarik dengan dividen, membeli saham jauh sebelum cum date adalah strategi yang lebih bijaksana. Ini memberikan kesempatan untuk menikmati keuntungan dari dividen dan juga memanfaatkan potensi kenaikan harga saham.

"Jika kita tertarik dengan dividen suatu saham, pertimbangkan untuk membelinya jauh-jauh hari sebelum cum date. Dengan demikian, kita tidak hanya berpotensi mendapatkan dividen tetapi juga memanfaatkan potensi kenaikan harga saham dalam jangka menengah hingga panjang," jelas Wahyu.

Dengan membeli saham lebih awal, investor juga bisa lebih fleksibel dalam menentukan kapan mereka akan menjual saham tersebut, sambil tetap menikmati dividen yang dibagikan. Ini juga membantu menghindari fenomena dividend discount, di mana harga saham cenderung turun setelah cum date.

Memahami Risiko Strategi Dividend Capture

Strategi dividend capture adalah pendekatan di mana investor membeli saham hanya untuk mendapatkan dividen dan kemudian menjualnya setelah cum date. Meskipun ini dapat memberikan keuntungan jangka pendek, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan.

"Jika kita menggunakan strategi dividend capture, sadari bahwa ada risiko harga saham turun lebih besar dari nilai dividen yang kita terima. Strategi ini memerlukan perhitungan yang cermat dan pemahaman terhadap pergerakan harga saham," terang Wahyu.

Bagi investor yang sering melakukan trading dengan strategi ini, penting untuk menghitung dengan hati-hati apakah dividen yang diterima cukup untuk menutupi biaya transaksi dan potensi kerugian dari penurunan harga saham setelah pembayaran dividen.

Menilai Yield Tinggi dengan Hati-hati

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sering kali, yield dividen yang sangat tinggi dapat menarik perhatian investor, tetapi ini juga bisa menjadi pertanda adanya masalah di perusahaan tersebut.

Dalam beberapa kasus, yield yang tinggi justru mengindikasikan bahwa harga saham telah turun drastis, yang membuat persentase dividen terlihat lebih besar. "Jangan terlalu bergantung pada yield tinggi sesaat. Yield dividen yang sangat tinggi terkadang bisa menjadi indikasi adanya masalah pada perusahaan atau harga saham yang sedang turun drastis," tutur Wahyu.

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya