Liputan6.com, Jakarta - Di pasar saham, dividen menjadi salah satu daya tarik utama bagi banyak investor. Terutama bagi mereka yang mencari pendapatan pasif atau keuntungan jangka pendek, dividen yang tinggi dapat menjadi indikator yang menggoda.
Namun, meskipun dividen tinggi tampak menjanjikan, penting untuk mengetahui bahwa tidak semua dividen yang tinggi itu menguntungkan. Ada fenomena yang dikenal sebagai "dividend trap" atau jebakan dividen, yang bisa mengecoh investor. Untuk menghindarinya, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan selain besaran dividen yield itu sendiri.
Advertisement
Baca Juga
Dividen trap ini kondisi di mana emiten telah menyatakan besaran dividen mereka cukup tinggi. Hal ini agar dapat menarik minat investor lebih banyak. Akan tetapi, apa yang ditawarkan ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
Advertisement
Jebakan dividen ini terjadi saat penawaran besaran dividen yang tinggi tadi diikuti penurunan cukup signifikan sampai cum date. Ternyata saham itu alami penurunan yang menyebabkan pemilik saham terjebak dan akhirnya merugi.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, untuk menghindari jebakan dividen, investor perlu memperhatikan lebih dari sekadar angka yield yang tinggi. Selain itu, perhatikan juga fundamental perusahaannya.
"Apabila dividend yield yang diberikan tinggi namun fundamental perusahaannya kurang baik, maka kita tidak perlu mengambil dividennya, tapi cukup menunggangi pergerakan harga saham tersebut," kata Nico kepada Liputan6.com, dikutip Senin (28/4/2025).
Sesuaikan pula dengan target yang diinginkan atau direncanakan. Apakah memang ingin menikmati dividen yieldnya ataukah hanya mengambil capital gainnya. "Hal ini penting untuk menjadi pertimbangan, karena harga saham pasti akan turun setelah dividen trap," imbuh Nico.
Memilih Perusahaan dengan Prospek Jangka Panjang
Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menjelaskan, salah satu langkah terbaik yang bisa diambil oleh investor adalah memilih perusahaan dengan fundamental yang kuat dan prospek jangka panjang yang cerah. Hal ini tidak hanya berkaitan dengan dividen jangka pendek, tetapi juga potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
"Jangan hanya membeli saham menjelang cum date semata-mata untuk mendapatkan dividen jangka pendek. Pilih perusahaan dengan fundamental yang kuat dan prospek bisnis yang baik, sehingga potensi kenaikan harga saham jangka panjang dapat mengkompensasi penurunan setelah ex date," kata Wahyu.
Selain itu, penting bagi investor untuk melihat jauh ke depan dan mempertimbangkan apakah perusahaan yang mereka pilih memiliki kemampuan untuk bertahan dan berkembang dalam jangka panjang. Mengandalkan dividen saja tanpa memperhitungkan potensi pertumbuhan perusahaan bisa berisiko, karena harga saham akan turun setelah cum date, dan ini bisa mengurangi keuntungan secara keseluruhan.
Â
Advertisement
Strategi Membeli Saham Sebelum Cum Date
Untuk investor yang tertarik dengan dividen, membeli saham jauh sebelum cum date adalah strategi yang lebih bijaksana. Ini memberikan kesempatan untuk menikmati keuntungan dari dividen dan juga memanfaatkan potensi kenaikan harga saham.
"Jika kita tertarik dengan dividen suatu saham, pertimbangkan untuk membelinya jauh-jauh hari sebelum cum date. Dengan demikian, kita tidak hanya berpotensi mendapatkan dividen tetapi juga memanfaatkan potensi kenaikan harga saham dalam jangka menengah hingga panjang," jelas Wahyu.
Dengan membeli saham lebih awal, investor juga bisa lebih fleksibel dalam menentukan kapan mereka akan menjual saham tersebut, sambil tetap menikmati dividen yang dibagikan. Ini juga membantu menghindari fenomena dividend discount, di mana harga saham cenderung turun setelah cum date.
Memahami Risiko Strategi Dividend Capture
Strategi dividend capture adalah pendekatan di mana investor membeli saham hanya untuk mendapatkan dividen dan kemudian menjualnya setelah cum date. Meskipun ini dapat memberikan keuntungan jangka pendek, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan.
"Jika kita menggunakan strategi dividend capture, sadari bahwa ada risiko harga saham turun lebih besar dari nilai dividen yang kita terima. Strategi ini memerlukan perhitungan yang cermat dan pemahaman terhadap pergerakan harga saham," terang Wahyu.
Bagi investor yang sering melakukan trading dengan strategi ini, penting untuk menghitung dengan hati-hati apakah dividen yang diterima cukup untuk menutupi biaya transaksi dan potensi kerugian dari penurunan harga saham setelah pembayaran dividen.
Menilai Yield Tinggi dengan Hati-hati
Sering kali, yield dividen yang sangat tinggi dapat menarik perhatian investor, tetapi ini juga bisa menjadi pertanda adanya masalah di perusahaan tersebut.
Dalam beberapa kasus, yield yang tinggi justru mengindikasikan bahwa harga saham telah turun drastis, yang membuat persentase dividen terlihat lebih besar. "Jangan terlalu bergantung pada yield tinggi sesaat. Yield dividen yang sangat tinggi terkadang bisa menjadi indikasi adanya masalah pada perusahaan atau harga saham yang sedang turun drastis," tutur Wahyu.
Â
Advertisement
