Liputan6.com, Jakarta - Rantai minimarket asal Jepang, Seven & i Holdings melaporkan penurunan laba operasi kuartalan sebesar 24 persen, yang tidak sesuai dengan estimasi analis.
Mengutip Channel News Asia, Minggu (12/1/2025) laba perusahaan pemilik 7-Eleven itu turun menjadi 128 miliar Yen atau setara Rp 13,2 triliun pada periode September hingga November 2024.
Advertisement
Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Diketahui, pada periode September hingga November 2023 laba perusahaan tersebut 169 miliar yen atau Rp 17,4 triliun.
Advertisement
Capaian tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laba rata-rata sebesar 138 miliar Yen atau Rp 14,2 triliun dari tujuh analis yang disurvei oleh LSEG.
Kinerja yang buruk menambah tekanan pada pengecer yang berkembang pesat itu untuk menunjukkan bahwa mereka dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Hal ini terjadi setelah 7-Eleven menangkis tawaran akuisisi senilai USD 47 miliar atau Rp 4,8 triliun dari Alimentation Couche-Tard (ACT) asal Kanada.
Pada September 2024, Seven & i Holdings dalam pengajuan ke Bursa Efek Tokyo mengungkapkan bahwa Couche-Tard telah menawarkan untuk mengakuisisi semua sahamnya seharga USD 14,86 per saham.
Namun, perusahaan tersebut telah mempercepat rencana untuk fokus pada bisnis inti toko swalayan dengan melepas berbagai aset non-inti, di antaranya beberapa jaringan supermarket dan pengecer spesialis.
Namun, laba operasi turun di cabang toko swalayan domestik dan luar negerinya karena inflasi membebani belanja konsumen di Jepang dan negara-negara kawasan Amerika Utara, yang menjadi dua pasar terbesar grup swalayan tersebut.
Tetapi Seven & i Holding berhasil mempertahankan perkiraan laba sebesar 403 miliar Yen hingga akhir Februari 2024, turun dari 545 miliar Yen pada Oktober 2024 lalu, karena berkurangnya belanja konsumen akibat inflasi di Amerika Utara yang berdampak pada operasi toko swalayan di sana.
Induk 7 Eleven Hampir Bangkrut, Tapi Tolak Diakuisisi
Diwartakan sebelumnya, Seven & i Holdings menolak tawaran pengambilalihan dari operator toko swalayan asal Kanada, Alimentation Couche-Tard.
Tawaran itu dilepas lantaran Seven & i Holdings yang merupakan induk 7 Eleven ini menilai akusisi tidak sesuai dengan kepentingan para pemegang saham dan pemangku kepentingannya.
Melansir CNBC International, Seven & i Holdings dalam pengajuan ke Bursa Efek Tokyo mengungkapkan bahwa Couche-Tard telah menawarkan untuk mengakuisisi semua sahamnya seharga USD 14,86 per saham.
Menurut data LSEG, harga penawaran tersebut akan menjadikan total nilai saham Seven & i Holding sebesar USD 38,55 miliar.
Stephen Dacus, ketua komite khusus yang dibentuk Seven & i Holdings untuk mengevaluasi proposal Couche-Tard, mengatakan bahwa, meskipun Couche-Tard menaikkan tawarannya secara signifikan, proposal tersebut tidak mempertimbangkan berbagai tantangan signifikan yang akan dihadapi pengambilalihan tersebut dari badan antipersaingan AS.
"Di luar pernyataan sederhana Anda tidak percaya bahwa penggabungan akan berdampak tidak adil pada lanskap persaingan dan bahwa Anda akan 'mempertimbangkan' potensi divestasi, Anda sama sekali tidak memberikan indikasi pandangan Anda mengenai tingkat divestasi yang akan diperlukan atau bagaimana divestasi tersebut akan dilakukan," tulisnya dalam surat yang tampaknya ditujukan kepada Ketua ACT, Alain Bouchard yang dipublikasikan dalam pengajuan Bursa Efek Tokyo.
Ia juga menunjukkan bahwa proposal Couche-Tard tidak menunjukkan jadwal apa pun untuk mengatasi rintangan regulasi atau apakah perusahaan siap untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memperoleh izin regulasi, termasuk dengan mengajukan gugatan hukum kepada pemerintah.
Namun Dacus juga mengatakan, pihaknya terbuka untuk mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh proposal yang sesuai dengan kepentingan terbaik dari para pemangku kepentingan dan pemegang saham perusahaan.
Advertisement