Aji Santoso Masih Kecewa Marinus Tak Bisa Main Lawan Malaysia

Kemampuan Ezra Walian dinilainya belum maksimal atau gaya permainannya belum cocok dengan Indonesia.

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 29 Agu 2017, 12:45 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2017, 12:45 WIB
Timnas Indonesia U-22
Timnas Indonesia U-22 dinilai kekurangan striker yang bernaluri gol tinggi. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta Eks pemain Timnas Indonesia, Aji Santoso masih menyayangkan Marinus Wanewar tak bisa main lawan Malaysia di babak semifinal SEA Games 2017. Menurutnya, karakter bermain Marinus bisa membuka asa Garuda Muda lolos ke partai final.

Analisis eks pelatih Timnas U-22, Aji Santoso, menilai pertahanan dan lini tengah Timnas tampil solid. Terbukti, dari keseluruhan pertandingan yang dijalani Hansamu Yama Pranata dkk. Timnas mampu tampil dominan, kecuali lawan Vietnam.

"Lawan Vietnam Indonesia kalah segalanya. Sistem permainan Vietnam lebih baik, organisasi menyerang dan bertahan jauh lebih rapi. Kita beruntung punya pertahanan yang cukup baik," sebut Aji.

Baca Juga

  • Cara Andik Vermansah Menghibur Kesedihan Hati Evan Dimas
  • Timnas Indonesia U-22 Bertekad Tuntaskan Dendam atas Myanmar
  • Alasan Luis Milla Pakai 12 Pemain Peninggalan Rezim Alfred Riedl

Namun untuk pertandingan lain, Indonesia dinilai lebih baik dibanding semua lawan-lawannya, termasuk ketika kalah dari Malaysia. Hanya, Aji menyayangkan Indonesia tidak memiliki striker yang memiliki kecepatan dan kemampuan seperti Marinus Wanewar. Ketika Marinus absen, Indonesia kehilangan ketajaman.

Kemampuan Ezra Walian belum maksimal atau gaya permainannya belum cocok dengan Indonesia. Ia mencontohkan ketika Indonesia lawan Malaysia di semifinal, menurutnya Ezra memiliki peluang mutlak yang seharusnya menjadi gol, sebab ia lolos dari jebakan offside ketika menerima umpan matang dari Evan Dimas.

Sayang, Ezra Walian yang sudah berada di depan pemain belakang Malaysia sekitar tiga sampai empat meter justru terlepas saat melakukan dribel bola. Akibatnya, pemain Malaysia bisa menutup pergerakannya. Peluang itu pun kandas. "Kalau Marinus yang dapat bola seperti itu mungkin ceritanya akan beda," sebut Aji.

Pertahankan Luis Milla

Luis Milla
Luis Milla layak dipertahankan sebagai pelatih jangka panjang Timnas Indonesia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Tak sebatas itu, menurut Aji, tim pelatih kerap terlambat memasukkan Saddil Ramdani. Padahal, dari kacamata Aji, keberadaan Saddil kerap mengubah permainan menjadi lebih baik, serangan-serangan yang dilancarkan Indonesia juga lebih tajam. Berkali-kali determinasi maupun umpan Saddil dari sayap kerap menghasilkan peluang.

"Saya tidak bermaksud masuk terlalu dalam, tapi menurut saya sebagai pengamat dan pecinta sepak bola Indonesia seharusnya Saddil dimasukkan lebih awal. Bukan ketika sudah dalam situasi sulit baru dimasukkan, sudah terlambat," ujar Aji.

Tanpa berniat untuk mencela taktik strategi Luis Milla, Aji mempertanyakan keputusan Milla mencadangkan Saddil, termasuk ketika meladeni Thailand.

"Sekali lagi, saya tidak bermaksud mencampuri kewenangan Coach Milla. Karena saya yakin Coach Milla tahu akan hal itu. Saya yakin, masyarakat Indonesia menginginkan Saddil masuk, karena kami ingin Timnas menang," ucap Aji.

Di sisi lain, Aji memuji sistem permainan yang diterapkan pelatih kendati gagal. Menurutnya, PSSI harus mempertahankan Milla dan memberi kesempatan pada arsitek asal Spanyol tersebut.

"Yang harus dipahami oleh kita semua, kegagalan bukanlah kiamat. Masih ada kesempatan lain. Kegagalan ini tidak seharusnya membuat PSSI mengakhiri kontrak kerja pelatih. Lihat saja pelatih Malaysia sekarang, meski gagal di SEA Games Singapura, tetap pertahankan. Karena federasi sepak bola Malaysia tahu, bahwa membangun tim yang kuat butuh proses," terang Aji.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya