Liputan6.com, Jakarta Hobinya bermain sepakbola ternyata yang membuat Benyamin S harus terkapar tak sadarkan diri dan masuk rumah sakit. Benyamin memang diketahui memiliki riwayat penyakit jantung.
Meninggal dunia usai bermain sepak bola
Meninggal dunia usai bermain sepakbola
Namun, Allah berkata lain. Setelah menjalani perawatan selama 8 hari, Benyamin, Si jampang pendekar seni Betawi menghembuskan nafasnya yang terakhir di Rumah Sakit Harapan Kita pada tanggal 5 September 1995 pukul 05.20 WIB. Dalam usia 56 Tahun, dia meninggal dunia.
Nama besarnya membuat berita duka kepergian sang idola cepat sekali menyebar, menyelinap ke pelosok-pelosok negeri. Berita meninggalnya Benyamin S sangat menusuk hati masyarakat ibu kota. Hal ini lantas menggerakan ribuan warga untuk memberikan penghormatan terakhir kepada seniman besar ini.
Rumah Duka di Cinere, Depok sejak pagi hari sudah dipadati para pelayat. Dalam jarak sekitar 2 kilometer dari rumah duka ke Lebak Bulus, jalan raya dipenuhi oleh orang-orang yang ingin melihat langsung jenazah Benyamin, bahkan sebelum jenazah tiba di rumah duka, setelah di berangkatkan dari rumah sakit sekitar pukul 06.00 WIB, sejumlah teman-teman dekat dan kerabat serta warga kemayoran sudah menunggu.
Advertisement
Dihantar ratusan ribu pengagum
Diantar ratusan ribu pengagum
Makin siang, situasi di sekitar rumah menjadi semakin padat, sampai-sampai banyak anak yang harus naik ke pohon-pohon di sekitar rumah. Saat jenazah Benyamin diberangkatkan dari rumah duka sekitar pukul 12.30 WIB, mobil ambulans yang membawanya menuju ke pemakaman seolah menjadi magnet yang menarik seluruh orang yang ada di tempat itu untuk mengikutinya.
Masyarakat yang memadati lokasi pemakaman bahkan lebih membludak lagi, ribuan orang dengan sabar berdesak-desakan di bawah terik matahari di lokasi pemakaman Karet Bivak Jakarta. Mereka berjalan di sekitar liang lahat yang sudah disiapkan.
Almarhum pria yang sudah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dianggap sebagai guru dan teman.
Sampai senja pun pekuburan di tengah kota itu masih didatangi manusia yang karena tidak sempat melihat jenazahnya, yang ingin sekadar melihat atau meraba tanah merah penuh bunga yang menjadi rumah terakhir "Anak Betawi" yang melegenda ini.
Dikenal sampai ke Malaysia
Dikenal sampai ke Malaysia
Sosok sang Legenda Betawi ini ternyata bukan hanya di kenal oleh semua lapisan masyarakat Indonesia saja tetapi sampai juga ke negeri tetangga Malaysia, penggemar di Malaysia juga merasa kehilangan. Hal ini tercermin dari ramainya berbagai ulasan di sejumlah stasiun televisi, radio dan media cetak setempat.
Nama almarhum Ben memang sudah melekat di hati masyarakat negeri jiran itu, sebuah media masa setempat bahkan melukiskan bahwa jutaan penduduk Malaysia merasa kehilangan atas kepergian pujaan, idola dan sosok manusia yang di kenal sebagai salah satu insan seni yang mampu merekatkan hubungan kebudayaan kedua negara. Kepergian tokoh yang juga akrab dengan panggilan 'Bang Haji Ben' itu mendapat tempat istimewa di media cetak setempat yang menulis sepotong kata Al- Fatihah di akhir artikel, pertanda doa dan ta'ziah bagi seseorang yang dinilai paling dicintai, seperti lazimnya kepergian raja-raja atau tokoh terhormat lainnya yang menghadap Ilahi Robbi.
Advertisement