Resensi Film Nobody: Sepintas Kayak John Wick, Penokohan dan Babak Akhirnya Klimaks Maksimal

Nobody adalah kuda hitam layar lebar di tengah pandemi Covid-19. Tanpa bintang kelas A, film ini sukses bikin penonton olahraga jantung.

oleh Wayan Diananto diperbarui 05 Mei 2021, 11:40 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2021, 11:40 WIB
Nobody. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Nobody adalah kuda hitam layar lebar di tengah pandemi Covid-19. Tanpa bintang kelas A, film ini sukses bikin penonton olahraga jantung. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Liputan6.com, Jakarta Peraturan nomor satu sebelum menonton Nobody yang dibintangi Bob Odenkirk yakni, jangan percaya judulnya. Percayalah kepada Tuhan karena kita tinggal di negara yang konon religius toh?

Dibuka dengan adegan seseorang yang bukan siapa-siapa di ruang investigasi bersama dua aparat, film action karya sineas Ilya Naishuller ini mengajak Anda mencermati rutinitas tokoh utama yang menjemukan.

Bangun pagi, bikin kopi, telat buang sampah, ngantor, “bercanda” dengan laporan keuangan di monitor dan seterusnya. Setelahnya, Nobody tak memberi jeda penonton untuk bernapas. Panen pujian kritikus, inilah resensi film Nobody.

Dua Maling Satroni Rumah

Hutch Mansell diperankan oleh Bob Odenkirk dalam film Nobody. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Hutch Mansell diperankan oleh Bob Odenkirk dalam film Nobody. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Tokoh utama Nobody adalah Hutch Mansell (Bob Odenkirk) dan istrinya, Rebecca (Connie Nielsen). Pasutri ini dikaruniai dua anak, yakni Brady (Gage Munroe) dan Sammy (Paisley Cadorath). Suatu malam, rumah mereka dikedatangan dua maling amatir.

Hutch membiarkan keduanya lolos. Ini membuat Brady dongkol. Beberapa hari setelahnya, Sammy mengeluhkan gelang kucingnya hilang. Diduga, terbawa oleh dua maling tadi. Tersulut, Hutch melacak keberadaan dua maling lewat tato di pergelangan tangan yang tak sengaja tersingkap.

Penggeropyokan apartemen maling oleh Hutch berakhir penyesalan. Pasalnya, di situ ada bayi dengan alat bantu napas. Dalam perjalanan pulang, bus yang ditumpangi Hutch disetop sekelompok pemabuk. Seorang penumpang cewek nyaris dilecehkan.

Kedatangan

Salah satu adegan film Nobody. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Salah satu adegan film Nobody. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Saat itu, amarah Hutch meledak. Mereka dihajar Hutch hingga nyaris tewas. Apes. Salah satu yang dihajar adalah Teddy Kuznetsov (Aleksandr Pal) adik Yulian Kuznetsov (Aleksei Serebryako) bos mafia Rusia bertangan dingin. Tak lama setelah insiden bus, rumah Hutch kedatangan “tamu.”

Nobody adalah film dengan ritme cepat. Rutinitas menjemukan si tokoh utama disampaikan dalam kilasan sekadar untuk memberi gambaran siapa dia (mulanya). Yang menarik, teknik bercerita film ini di setengah jam awal. Sekilas tak ada yang janggal.

Kalaupun ada, penonton awam yang melihat sosok “bukan siapa-siapa” tentu dengan mudah berkata dalam hati, “Ya sudahlah ya.” Tapi, di balik keputusan yang bikin kita mengucap “ya sudahlah ya” itu, ada penjelasan dan alasan penting.

Pertanyaan Sejuta Umat

David Mansell dalam Nobody diperankan Christopher Lloyd. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
David Mansell dalam Nobody diperankan Christopher Lloyd. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Di situlah, kita melihat tokoh utama lebih dalam dan detail sehingga Hutch menjadi pribadi yang lebih utuh. Mengapa ia tak jadi menggebuk maling pakai stik golf. Siapa dia sebenarnya. Mengapa hubungan dengan istri dingin.

Termasuk pertanyaan sejuta umat, kerja apa dia sebenarnya. Kami sebut pertanyaan sejuta umat, karena dalam film bergenre seperti ini, Anda tidak boleh “iya iya saja” menerima tokoh utama.

Nobody makin menarik karena karakter utamanya berkembang, punya latar terang, dan cara bertutur jauh dari kesan berbelit. Poin plus film ini, tidak menempatkan tokoh utama sebagai sosok sakti yang bisa membereskan segalanya sendiri seperti dua jilid The Equalizer-nya Denzel Washington.

Antagonis Latar Rusia

Salah satu adegan aksi ikonis Nobody terjadi di dalam bus. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Salah satu adegan aksi ikonis Nobody terjadi di dalam bus. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Namanya juga Nobody. Ia manusia biasa. Lalu, dua pemeran pendukung dihadirkan dengan porsi sama krusialnya, termasuk David Mansell (Christopher Lloyd). Seperti tokoh utama, Nobody punya antagonis yang sama terangnya.

Di awal, kita tahu siapa Yulian dan bagaimana perangainya. Ia memang bukan sosok baru. Bos mafia Rusia dengan bisnis menggurita, bertangan dingin yang dengan santainya melempar kursi ke muka pasien yang sekarang di rumah sakit.

Puluhan film Hollywood yang menempatkan orang Rusia sebagai antagonis juga melakukan hal yang sama. Menjadi istimewa, karena akting Aleksei Serebryako meyakinkan kita bahwa ia sosok yang sepadan buat sang protagonis. 

Meriah Sekaligus Berdarah

Adegan akhir Nobody terasa klimaks. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Adegan akhir Nobody terasa klimaks. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Jadi, Nobody menyisakan 30 menit terakhirnya untuk duel maut. Inilah main course berselera dalam pesta yang disemarakkan kembang api berupa timah panas, makian para peserta, plus gelegar granat dan peledak rakitan. Meriah. Berdarah.

Dan Anda sebaiknya tak bertanya berapa harga nyawa para anak buah Yulian yang bergelimpangan. Sekilas, Nobody mirip John Wick. Namun dalam struktur cerita dan pemetaan tokoh yang lebih membumi.

Jika Anda berpendapat serupa, wajar. Mengingat, Derek Kolstad adalah penulis trilogi John Wick. Jujur, kami lebih menikmati Nobody dengan selera humornya yang receh plus baku hantam ugal-ugalan namun tak sampai ngadi-ngadi.

Dialog di Ujung Berkesan

Film Nobody sudah tayang di bioskop Indonesia. Adegan akhir Nobody terasa klimaks. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)
Film Nobody sudah tayang di bioskop Indonesia. Adegan akhir Nobody terasa klimaks. (Foto: Dok. Universal Pictures/ Perfect World)

Anda mau kebrutalan macam apa? Melempar teko berisi air mendidih ke arah seorang penembak? Ngobrol dengan empat orang sekarat lalu membakar rumah dengan api sepanas 1.500 derajat Celsius?

Atau memperkenalkan diri kepada orang yang tubuhnya tergencet mobil? Di atas semua kegilaan ini, yang kami salut, Ilya Naishuller masih sempat mengurus chemistry Hutch dan Becca.

Dialog di ujung yang membahas soal rubanah benar-benar ending gemesh yang bikin kami senyum-senyum sendiri. Silakan menonton tapi ingat, patuhi protokol kesehatan selama berada di bioskop. Oke?

 

 

 

Pemain: Bob Odenkirk, Connie Nielsen, Gage Munroe, Paisley Cadorath, Aleksandr Pal, Aleksei Serebryakov, Christopher Lloyd

Produser: Kelly McCormick, Marc Provissiero, Braden Aftergood, Bob Odenkirk, David Leitch

Sutradara: Ilya Naishuller

Penulis: Derek Kolstad

Produksi: Perfect World, Universal Pictures

Durasi: 1 jam, 32 menit

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya