My French Film Festival 2022 Menyapa Pencinta Sinema, 6 Karya Sineas Prancis Ini Layak Ditonton

My French Film Festival 2022 digelar virtual lewat platform streaming KlikFilm mulai 14 Januari hingga 14 Februari 2022.

oleh Wayan Diananto diperbarui 26 Jan 2022, 06:20 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2022, 06:00 WIB
Teddy.
Poster film Teddy. (Foto: Dok. Baxter Films/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 tak menghalangi pergelaran My French Film Festival 2022 yang diselenggarakan mulai 14 Januari hingga 14 Februari 2022. Para pencinta sinema dapat berpesta film Prancis lewat platform streaming KlikFilm.

Direktur KlikFilm, Frederica menjelaskan ini tahun kedua KlikFilm menjadi mitra resmi My French Film Festival. “Ini kebanggaan sekaligus dedikasi kami untuk terus menghadirkan film-film terbaik,” ujarnya dalam interviu virtual, pada Selasa (25/1/2022).

Ada banyak film Prancis yang bisa ditonton secara legal. Teddy misalnya, film horor karya Ludovic dan Zoran Boukherma, mengisahkan pemuda yang dicakar makhluk tak dikenal. Ia lalu mengalami perubahan mengerikan. Berikut 6 film lain yang sayang jika dilewatkan.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

1. Omnibus

Omnibus.
Poster film Omnibus. (Foto: Dok. Lazennec Tout Court/ IMDb)

Film pendek komedi karya sineas Sam Karmann ini mencetak prestasi membanggakan di ajang Oscars 1993. Ia menang Film Pendek Terbaik setelah diganjar Palme d'Or pada Festival Film Cannes 1992 untuk kategori yang sama.

Omnibus diperkuat penampilan Daniel Rialet, Christian Rauth, dan Jacques Martial. Tahun 1993 adalah tahunnya Prancis. Selain Omnibus, Indochine karya Regis Wargnier kala itu menang Film Berbahasa Asing Terbaik.

 

2. Malabar

Malabar.
Poster film Malabar. (Foto: Dok. Don Quichotte Films/ IMDb)

Kisah Malabar bermula ketika Mourad (Mourad Boudaoud) dan Harrison (Harrison Mpaya) tak sengaja menabrak Marcel (Hiep Tran Nghia), pria tua keturunan Vietnam pada suatu malam.

Seketika hidup mereka menjadi kacau. Naskah yang kaya bahan renungan mengantar Malabar ke sejumlah festival seperti Clermont-Ferrand dan Rhode Island International Film Festival.

 

3. Sous Le Ciel D' Alice

Sous Le Ciel D' Alice
Poster film Sous Le Ciel D' Alice. (Foto: Dok. Moby Dick Films/ IMDb)

Karya sineas Chloé Mazlo ini berlatar Beirut pada dekade 1950 hingga 1970-an. Lewat film ini, Chloé Mazlo diganjar nominasi Sutradara Terbaik di Festival Film Internasional San Fransisco.

Sous Le Ciel D' Alice bertutur tentang Alice (Alba Rohrwacher), yang meninggalkan rumahnya di Swiss untuk bekerja sebagai perawat di Beirut. Keputusan ini menerbitkan sejumlah konsekuensi.

 

4. Le Milieu De L' Horizon

Le Milieu De L' Horizon
Poster film Le Milieu De L' Horizon. (Foto: Dok. Box Productions/ IMDb)

Diadaptasi dari novel karya Roland Buti, Le Milieu De L' Horizon mengisahkan Gus (Luc Bruchez), anak petani berusia 13 tahun yang tumbuh dewasa dalam musibah kekeringan di musim panas tahun 1976.

Hidupnya makin kacau kala ladang ayahnya mengering dan ibunya malah jatuh cinta pada seorang wanita di klub membaca. Film ini mengantar Luc Bruchez dan Delphine Lehericey menang di Swiss Film Prize 2020.

 

5. Une Vie Demente

Une Vie Demente.
Poster film Une Vie Demente. (Foto: Dok. Helicontronc/ IMDb)

Une Vie Demente membeberkan alur hidup pasangan Alex (Jean Le Peltier) dan Noemie (Lucie Debay). Di usia kepala tiga, mereka ingin punya anak namun kondisi keluarga merunyam.

Pasalnya, ibunda Alex, Suzanne (Jo Deseure) mulai bertingkah akibat penyakit demensia semantik. Penyutradaraan Ann Sirot dan Raphael Balboni yang jeli membuat film ini panen pujian.

 

6. Un Pays Qui Se Tient Sage

Un Pays Qui Se Tient Sage.
Poster film Un Pays Qui Se Tient Sage. (Foto: Dok. Bureau/ IMDb)

Ingin mencicipi manisnya film dokumenter Prancis? Un Pays Qui Se Tient Sage karya sineas David Dufresne yang membeberkan kebrutalan polisi Prancis ini sayang untuk dilewatkan. Film ini mempertanyakan legitimasi penggunaan kekerasan oleh negara.

Menampilkan cuplikan gambar dan video milik demonstran serta jurnalis independen pada November 2018 hingga Februari 2020, Un Pays Qui Se Tient Sage salah satu dokumenter menggetarkan pada tahunnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya