Investasi di Jatim Masih Didominasi Zona Ring 1, Apa Sebabnya?

Zona Ring I meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto serta Kabupaten dan Kota Pasuruan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 03 Nov 2021, 07:11 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2021, 07:11 WIB
[Fimela] Investasi
Ilustrasi Investasi | unsplash.com/@m_b_m

Liputan6.com, Surabaya - Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 27 Oktober menyebutkan, realisasi investasi Jawa Timur Triwulan III 2021 menembus Rp 18 triliun. Terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 5,4 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 12,5 triliun.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku, investasi di Jatim masih terkonsentrasi di zona Ring I meliputi Kota Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto serta Kabupaten dan Kota Pasuruan.

"Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I guna pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya, Selasa (2/11/2021).

Khofifah meminta pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan inovasi agar layanan perizinan yang diberikan semakin adaptable. Selain itu, tiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien.

"Dan yang tak kalah penting adalah tersedianya IPRO (Investment Project Ready to Offer) untuk menarik minat investor," ucap Khofifah.

Khofifah mengatakan, Jawa Timur saat ini sudah terhubung dengan jalan tol Trans Jawa sehingga sangat potensial untuk pengembangan industri di daerah kabupaten yang dilewati akses tol.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

On the Track

"Arus barang dan jasa serta mobilisasi orang semakin lancar yang tentu akan meningkatkan efisiensi. Hal ini harus diimbangi dengan inovasi-inovasi perizinan di daerah guna menggaet investor masuk,” ujarnya.

Khofifah menjelaskan, jika kinerja investasi Jatim hingga triwulan III 2021 masih on the track. Berdasarkan parameter ICOR (Incremental Capital-Output Ratio), Jatim selalu lebih rendah dibanding nasional, hal ini menggambarkan bahwa Jatim menawarkan efisiensi yang lebih tinggi dan timbal balik yang lebih menguntungkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya