Liputan6.com, Surabaya - Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko bakal membuat monumen patung reog terbesar dan tertinggi di Indonesia, melebihi Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Dia menyatakan ini sebagai legacy atau warisannya kepada masyarakat sebelum menuntaskan masa jabatannya.
Baca Juga
Sugiri mengungkapkan, monumen tersebut akan menjadi kota wisata edukasi dan budaya yang bisa menjadi rujukan wisatawan.
Advertisement
“Jadi di sana saya punya monumen pop yang di bawahnya sedang kami rencanakan untuk menjadi museum peradaban, menjadi perjalanan waktu Ponorogo lahir sampai ekonomi, pendidikan, budaya, pertanian semuanya tertata secara literatur di sana, ada literasi di sana sehingga orang tidak melihat reog sebagai budaya tapi ini pendidikan,” ujarnya, ditulis Senin (17/10/2022).
Sebagai orang yang lahir di Ponorogo, Sugiri segera menggelar peletakkan batu pertama monumen reog yang tingginya 126 meter dan diklaim lebih tinggi dari GWK serta memiliki pemandangan 360 derajat.
"Kalau Garuda Wisnu Kencana kan 121 meter, kami 126 meter di atas bukit kapur yang kemudian nanti dekat sama Sarangan, sehingga kami ambil bukit kapur yang ada di ujung barat lautnya Ponorogo, sehingga menjadi gerbang wisata dari arah Sarangan, nanti kita kolaborasi dengan Magetan,” terang Sugiri.
Dengan monumen tertinggi di luas lahan 29 hektar tersebut, Sugiri yakin bakal membuat Ponorogo naik kelas dan mampu meningkatkan perekonomian warganya tanpa meninggalkan budaya asli daerahnya.
“Dengan begitu maka secara organik UMKM akan tumbuh, kemudian orang akan datang maka pasti akan ada spending, akan ada belanja, ada pengeluaran uang di sana," ujarnya.
"Kemudian Ponorogo naik kelas tentunya akan menuju kota wisata. Saya mencanangkan wisata budaya dan santri. Ini sudah kami hitung matang,” imbuh pria yang menjabat sebagai Bupati Ponorogo sejak tahun 2021 tersebut.
Bangun Infrastruktur
Selain monumen terbesar tersebut, Sancoko juga sedang menyelesaikan infrastruktur pengaspalan jalan desa dengan kualitas bagus sebagai warisannya kepada rakyatnya setelah menyelesaikan jabatannya sebagai Bupati Ponorogo.
“Kami mencoba perencanaan pembangunan tidak hanya asal-asalan sehingga masalah masa lalu yang kemudian tidak mampu menghadirkan infrastruktur yang awet, infrastruktur tidak baik itu kemudian tidak boleh terjadi, kami amputasi," ucapnya.
Advertisement