Melihat Sentra Industri Lontong Rumahan Warga Karanganyar Banyuwangi, Omset Sehari Rp 1,5 Juta

Terdapat 28 industri lontong rumahan di dusun ini. Rata-rata satu tempat memproduksi sekitar 1.000 lontong per hari untuk memenuhi permintaan pasar. Beberapa orang bahkan memproduksi melebihi 1.500 lontong.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 05 Jun 2024, 07:02 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2024, 07:02 WIB
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melihat proses pembuatan lontong yang menjadi usaha kerakyatan yang terus berkembag di Banyuwangi (Istimewa)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani melihat proses pembuatan lontong yang menjadi usaha kerakyatan yang terus berkembag di Banyuwangi (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi Sejumlah desa di Banyuwangi menyimpan potensi ekonomi yang menjanjikan, salah satunya di Dusun Karanganyar, Desa Karangsari, Kecamatan Sempu. Desa ini terkenal sebagai sentra produksi lontong di Banyuwangi. Tiap hari ribuan lontong diproduksi dari desa ini.

Terdapat 28 industri lontong rumahan di dusun ini. Rata-rata satu tempat memproduksi sekitar 1.000 lontong per hari untuk memenuhi permintaan pasar. Beberapa orang bahkan memproduksi melebihi 1.500 lontong.

Salah satu warga yang memproduksi lontong adalah Nur Kholis. Dia telah mengelola usaha produksi lontong di rumahnya sejak 2002. Bermula dengan hanya 5 kg beras, Nur Kholis saat ini telah berkembang dan menghabiskan 50 kilogram beras tiap hari.

"Usaha lontong di Karanganyar sudah terkenal dari dulu. Saya awalnya merintis menjajakan ke lingkungan sekitar. Alhamdulillah sekarang bisa ikut membuka lapangan kerja buat orang lain," kata Nur Kholis, Selasa (4/6/2024).

Lontong buatan desa ini menggunakan lembar daun pisang, dan dimasak dalam tungku besar selama 8 jam.

Setiap hari, Nur Kholis membutuhkan setengah kwintal beras atau 50 kilogram, untuk menghasilkan 1.500-1.800 lontong. Satu lontong ia jual dengan harga Rp 1.000. Dengan demikian, Nur Kholis bisa mendapatkan omset sekitar Rp 1,5 juta setiap hari.

Jumlah terus kian bertambah saat momen-momen tertentu. Seperti saat lebaran bisa membuat lontong dari tiga kwintal beras.

Nur Kholis menceritakan, lontong di desa ini terkenal karena sangat dijaga kualitasnya. Saat harga beras mahal, Nur Kholis dan teman-temannya tidak menurunkan kualitas beras buatannya.

"Kami terus berupaya di tengah harga beras dan bahan pokok yang tidak menentu, tetap mempertahankan kualitas lontongnya. Jadi saya tidak apa beli walaupun agak mahal, yang penting konsumen puas," ujarnya.

Tiap rumah produksi memiliki pasar masing-masing. Ada yang memenuhi kebutuhan di pasar-pasar tradisional, ada pula untuk kebutuhan warung-warung.

"Masing-masing punya pasarnya sendiri. Saya memenuh penjual bakso dan lainnya. Ada juga yang memasok untuk pasar Genteng, Rogojampi, Muncar, hingga Wongsorejo," terang Nur Kholis.

 

Banyaknya Usaha Kerakyatan

Trik Simpan Lontong Agar Tetap Awet dan Tidak Keras Sampai 2 Hari
Trik Simpan Lontong Agar Tetap Awet dan Tidak Keras Sampai 2 Hari (Instagram/@mykitchen.fooddelivery)

Saat menggelar program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Karangsari, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, melihat proses pembuatan lontong. Ipuk juga menikmati lontong buatan desa ini.

"Bentuknya sangat rapi. Rasanya juga enak, legit, dan tidak keras. Lontong sudah menjadi makanan yang akrab di lidah orang Indonesia. Bisa untuk lontong kikil, bakso, gado-gado, dan makanan lainnya. Jadi permintaanya cukup besar," kata Ipuk.

"Teman-teman yang punya usaha kuliner dan membutuhkan lontong, bisa pesan dari desa ini," tambah Ipuk.

Ipuk mengatakan ekonomi Banyuwangi kini tumbuh dengan banyaknya usaha-usaha kerakyataan yang tumbuh seperti industri lontong rumahan ini. 

"Karena itu, kami terus mendorong usaha mikro dengan berbagai program," tambah Ipuk.

 

INFOGRAFIS: Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: Subsidi Kuota Internet Untuk Peserta Didik (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya