Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan Donald Trump, salah satu kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS), yang secara terbuka menyerukan untuk melarang kaum Muslim masuk ke AS memang menarik perhatian dunia dan menimbulkan berbagai komentar negatif.
Pemilik akun platform petisi Change.org yang tak menyebutkan namanya (anonim) membuat petisi bertajuk `Tolak Donald Trump dan Bisnisnya Masuk Indonesia`.
Ia menulis bahwa sikap Trump merupakan diskriminasi agama yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur Indonesia sebagaimana terkandung dalam Pancasila & UUD 1945.
"Hal tersebut juga merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Pernyataan Donald Trump dapat dinilai menebarkan kebencian terhadap kaum Muslim," tulisnya.
"Untuk itu kami mendesak Pemerintah RI untuk tidak memberikan Visa kepada Donald Trump/ melarang Donald Trump untuk memasuki wilayah NKRI, menolak rencana investasi Donald Trump di Indonesia, dan mencabut izin usaha perusahaan-perusahaan yang dimiliki (sebagian dimiliki) Donald Trump yang selama ini (mungkin) telah beroperasi di Indonesia," tambahnya.
Pantauan tim Tekno Liputan6.com, Minggu (13/12/2015), petisi yang ditujukan untuk Presiden RI, Menteri Luar Negeri RI, Menko Polhukham RI, dan instansi pemerintah lainnya ini telah mengantongi 29.600 pendukung (data diambil Minggu, 13 Desember 2015, pukul 19.00) dengan target 35.000 pendukung.
Baca Juga
Dalam petisi ini banyak netizen yang menulis komentar dengan nada sinis. "Semoga Donal Duck eh Trump diberi Hidayah sebelum masuk majalah Hidayah," tulis Yogiswara Javmika.
"Semoga Donald Trump menyadari bahwa kejahatan dan keburukan Yang ia perbuat akan kembali padanya!," tulis netizen lainnya, Teguh Juwarno.
Sebelumnya, banyak pihak yang mengutuk keras atas pernyataan ekstrem Trump. Hacker Anonymous bahkan dengan lantang menyebutkan bahwa mereka telah menyerang situs milik taipan real estate tersebut, trumptowernyc.com.
Sejumlah pemimpin dunia dari negara sekutu terpenting AS juga menentang pernyataan Trump yang melarang umat Muslim memasuki AS. Anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi menyebut Trump 'memalukan'. Sementara Perdana Menteri Inggris David Cameron tak biasanya mengeluarkan pernyataan bernada kritik pada kandidat capres AS itu.
Pemimpin partner penting AS lainnya, Israel, juga memilih menjaga jarak dengan Trump. "Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menentang pernyataan Trump tentang pelarangan muslim masuk AS," demikian pernyataan yang dikeluarkan kantor Netanyahu
(Isk/Why)