Aplikasi Reimbursement Jojonomic Lahir dari Pengalaman Pribadi

CEO Jojonomic, Indrasto Budisantoso, mengatakan Jojonomic merupakan aplikasi reimbursement via ponsel yang datang dari pengalaman pribadinya

oleh Dewi Widya Ningrum diperbarui 19 Sep 2016, 11:38 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2016, 11:38 WIB
Indrasto Budisantoso - CEO Jojonomic
Indrasto Budisantoso - CEO Jojonomic (Liputan6.com/Dewi Widya Ningrum)

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi memudahkan setiap orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mekanisme reimbursement misalnya, jika sebelumnya dilakukan secara manual, sekarang dengan teknologi kegiatan administrasi itu bisa lebih mudah dilakukan lewat ponsel pintar.

Lewat aplikasi Jojonomic, segala keribetan manual reimbursement kini dipermudah. Karyawan hanya perlu memfoto bukti transaksi, memilih kategori reimbursement lalu melaporkannya ke bagian keuangan secara real-time lewat ponsel pintarnya.

CEO Jojonomic, Indrasto Budisantoso, mengatakan Jojonomic merupakan aplikasi reimbursement via ponsel pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara. Ide pembuatan aplikasi ini datang dari pengalaman pribadinya.

"Dulu setiap minggu saya selalu direpotkan untuk me-reimburse setumpuk bon-bon dan itu memakan waktu 30 menit hingga 1 jam, sangat boring," kata Asto, sapaan akrabnya, yang saat itu bekerja sebagai karyawan di Boston Consulting Group.

Aplikasi Jojonomic. (Liputan6.com/Dewi Widya Ningrum)
Di perjalanan karier berikutnya, saat memimpin Groupon Indonesia, ia harus meng-approve setumpuk dokumen reimbursement dan menandatanganinya satu persatu. Pada akhir 2014, Asto berpikir apakah ada cara lain yang elegan untuk mengatasi masalah printilan ini?

Ia lalu mencari tahu dan ternyata di Amerika, Eropa dan Jepang sudah ada solusinya. Namun di Indonesia dan Asia Tenggara belum ada, lalu tercetuslah ide untuk membuat aplikasi sejenis. Setelah resign dari Groupon pada April 2015 lalu, Asto dibantu timnya mengembangkan aplikasi Jojonomic dalam waktu tujuh bulan.

Asto menambahkan, Jojonomic memiliki beberapa keunggulan dibanding aplikasi sejenis buatan luar negeri. Contohnya, aplikasi Jojonomic sudah terintegrasi dengan beberapa sistem keuangan lokal.

Tampilan aplikasi Jojonomic. (Liputan6.com/Dewi Widya Ningrum)
Selain itu, Jojonomic memiliki fitur Cash Advance, yang memungkinkan karyawan mendapatkan uang di depan sebelum perjalanan dinas. Aplikasi lain buatan luar negeri, kata Asto, tidak memiliki fitur ini, karena di luar negeri rata-rata karyawan sudah memegang kartu kredit perusahaan.

Tantangan

Menurut Asto, tantangan terbesar ia dan timnya dalam memasyarakatkan penggunaan Jojonomic adalah dari sisi edukasi bahwa sekarang ada cara nonmanual yang lebih mudah untuk melakukan reimbursement.

Dari sisi perusahaan, ujar Asto, sebenarnya sudah siap. Hanya saja mindset para pemimpinnya harus dipastikan apakah sudah siap atau tidak untuk menerima hal baru dan belajar lagi untuk menggunakan sistem digital.

Asto berharap produktivitas karyawan bisa meningkat dengan menggunakan aplikasi ini, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan administrasi reimbursement jadi lebih sedikit. Dari sisi perusahaan, diharapkan waktu administrasi di bagian keuangan tereduksi lebih banyak karena tidak perlu melakukan rekap secara manual. Dari sisi transparansi juga lebih terpantau karena ada fitur Fraud Detection.

Sejak dirilis pada September 2015 lalu, aplikasi Jojonomic telah digunakan lebih dari 40 perusahaan mulai dari sektor eCmmerce, produsen minuman hingga perusahaan BUMN. Aplikasi ini tersedia untuk untuk ponsel berbasis Android dan iOS.

(Dew/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya