IDC: Indonesia Akan Jadi Pasar Sulit bagi BlackBerry dan Nokia

Kembalinya Nokia dan BlackBerry ke pasar smartphone diprediksi tak akan serta-merta diterima dengan baik oleh pasar Indonesia

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 09 Mar 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2017, 20:40 WIB
Nokia 3310
Sisi bawah Nokia 3310 (Sumber: The Verge)

Liputan6.com, Jakarta - Kembalinya dua pemain lawas di dunia smartphone, Nokia dan BlackBerry, ternyata tak serta merta akan diterima pasar ponsel Indonesia, setidaknya menurut prediksi International Data Corporation (IDC). Indonesia dinilai memiliki tantangan tersendiri bagi kedua merek ponsel tersebut.

Hal itu tak terlepas dari kondisi pasar Indonesia saat ini. Kompetisi yang kian ketat dalam berbagai bentuk, diprediksi akan menjadi penghambat pertumbuhan pasar Nokia dan BlackBerry terutama untuk produk smartphone.

"Nokia dan BlackBerry memang memiliki spesifikasi mumpuni, tapi mereka ditempatkan pada rentang harga yang sudah dipenuhi oleh vendor asal Tiongkok. Vendor itu tak hanya sukses dari sisi harga, tapi juga fitur populer seperti kamera selfie di atas rata-rata," ujar Risky Febrian, Associate Market Analyst, Mobile Phone, IDC Indonesia dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Kamis (9/3/2017).

Regulasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) menjadi tantangan lain bagi kedua perusahaan itu. Pemerintah Indonesia telah menetapkan seluruh ponsel 4G sudah harus memenuhi kandungan lokal sebesar 30 persen di 2017. Namun peraturan ini secara khusus akan berpengaruh pada Nokia dan tidak untuk BlackBerry, karena BlackBerry Aurora sudah memenuhi peraturan tersebut.

Cara Nokia untuk bisa memenuhi persyaratan tersebut juga masih belum dapat dipastikan hingga saat ini. Terlepas dari itu, kedua perusahaan disarankan untuk fokus pada stategi pemasaran di Indonesia. Salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan aktivitas kampanye below the line dan above the line yang sudah terbukti mendorong penjualan di Indonesia.

Peluncuran Nokia 3310 juga diprediksi menjadi permulaan yang baik bagi Nokia kembali ke pasar Indonesia. Namun, menurut Risky, produk tersebut hanya menyasar pada konsumen yang pernah menggunakan Nokia 3310 di masa keemasannya. Kelompok di luar pengguna kemungkinan tak akan merespon produk tersebut dengan baik karena harga yang mencapai Rp 700.000.

Untuk informasi, Nokia pada 2016 berhasil memimpin pasar feature phone di Indonesia dengan pangsa pasar 24,9 persen saat masih dimiliki Microsoft. IDC Indonesia memerkirakan sebanyak 49 juta unit ponsel akan masuk ke Tanah Air pada 2017, dengan didominasi 32 juta unit merupakan smartphone dan sisanya adalah feature phone. Android juga diprediksi menjadi paling mendominasi dengan persentase 99 persen.

(Dam/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya